Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Tradisi Jamasan Keris Kiai Cinthaka Milik Sunan Kudus

Kompas.com - 04/07/2023, 06:11 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

 

KUDUS, KOMPAS.com - Pusaka peninggalan Sunan Kudus (Syekh Ja'far Shodiq) yaitu keris Kiai Cinthaka dan dua tombak trisula dijamas di bangunan tajug kompleks Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, Senin (3/7/2023).

Ritual penjamasan senjata kuno yang diperkirakan berusia sekitar 600 tahun itu dikerjakan oleh para ahli jamas pusaka.

Tradisi mensucikan pusaka warisan salah satu "Walisongo" itu digelar rutin setiap tahun oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) pada bulan Zulhijjah setelah hari tasyrik.

Baca juga: Kaisar Naruhito Nikmati Koleksi Batik, Keris, dan Wayang Kulit Milik Keraton Yogyakarta

Kepala Penelitian dan Pengembangan YM3SK Abdul Jalil menyampaikan, prosesi penjamasan dimulai pada pagi sekitar pukul 07.00 diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus.

Selanjutnya dengan diiringi bacaan shalawat, petugas berjalan pelan mengambil keris Kiai Cinthaka yang diletakkan di bagian atas pendapa tajuk. 

Keris berkelok sembilan yang disemayamkan di kotak kayu tersebut lantas diturunkan secara hati-hati.     

Keris bertuah itu kemudian dicelupkan hingga disiram "banyu landa" (bahasa jawa) atau air rendaman merang ketan hitam hingga tiga kali.     

Selepas itu, keris milik Sunan Kudus tersebut dibersihkan menggunakan air jeruk nipis dan dikeringkan dengan cara dijemur di atas sekam ketan hitam. 

"Langkah ini bisa mempertahankan keaslian efek hitam dan mengkilap pada keris. Keris ratusan tahun juga menjadi tahan karat. Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab Masjid Al-Aqsha juga turut dijamas. Air jamas didatangkan dari Keraton Solo dan diberi wewangian non alkohol yang didatangkan dari Makkah," kata Jalil.

Baca juga: Bertemu Habib Luthfi, Menhan Prabowo Tunjukkan Keris hingga Masuk ke Ruangan Khusus

Dijelaskan Jalil, keris Kiai Cinthaka adalah pusaka yang diperkirakan diciptakan pada era Majapahit akhir. Sedangkan bentuk atau tipe bilah kerisnya adalah "dapur penimbal" yang memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan.

Sementara pamor keris Kiai Cinthaka adalah "wos wutah" yang melambangkan kemakmuran, keselamatan dan kepasrahan kepada Allah SWT.

Keris Kiai Cinthaka memiliki kelengkapan di antaranya luk sembilan, lambe gajah satu, jalen, pejetan, tikel alis, sogokan ngajeng lan wingking, sraweyan, dan greneng duri di ekor keris. Emas yang menempel di gandhik keris adalah jenis "kinatah panji wilis" yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris.

Setelah penjamasan, keris dikembalikan ke tempat semula, di tempat khusus di atap bangunan tajuk dengan diiringi bacaan shalawat.   

Sebelumnya keris dimasukkan ke peti dan dibungkus kain mori berwarna putih. Pun demikian juga dengan dua trisula yang dikembalikan di sisi mihrab atau tempat pengimaman Masjid Al Aqsha.

"Ritual penjamasan keris Sunan Kudus tersebut, kini ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari pemerintah. Tradisi ini turun menurun dari leluhur untuk menjaga kelestarian peninggalan Sunan Kudus. Yang terpenting, kita ambil sisi positifnya," terang Jalil.

Dalam kegiatan penjamasan pusaka Sunan Kudus, masyarakat umum yang hendak menyaksikan diperbolehkan meskipun hanya mengundang kalangan tertentu.

Rampung prosesi penjamasan, dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan menu khas jajanan pasar dan nasi opor ayam panggang.

Pemilihan jajan pasar sebagai bentuk dan upaya melestarikan tradisi leluhur. Sementara untuk opor ayam panggang dipilih karena merupakan menu kesukaan Sunan Kudus semasa hidup. 

"Menu hidangan sama setiap tahunnya," pungkasnya.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Regional
Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Regional
Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Regional
Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com