BIMA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan menutup aktivitas tambang galian c yang berada di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo.
Langkah ini diambil menyusul kegiatan itu diduga menjadi salah satu pemicu retakan tanah yang telah merusak lima rumah warga di wilayah tersebut.
"Aktivitas tambang itu nanti akan dihentikan," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Sekretariat Daerah (Setda) Bima, Suryadin kepada Kompas.com, Selasa (13/6/2023).
Baca juga: Retakan Tanah di Bima Diduga akibat Aktivitas Tambang dan Gempa
Suryadin mengatakan, penghentian aktivitas tambang ini sesuai rekomendasi yang diberikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG).
Menurutnya, jika pengerukan material tanah dan batuan dibiarkan berlanjut akan sangat berisiko terhadap areal permukiman warga. Apalagi 30 meter di bawah permukaan tanah itu terdapat sedimen yang lunak.
Baca juga: BMKG Temukan 15 Titik Panas di Bima dan Dompu
Kondisi ini juga diperparah oleh bekas retakan tanah yang terjadi akibat gempa bumi pada 2 April 2023 lalu.
"Kalau dari penelitian itu masih berpotensi untuk terjadi gerakan tanah susulan, karena itu sosialisasi penting dilakukan agar masyarakat lebih memahami dan mengenal gerakan tanah tersebut," ujarnya.
Di samping penutupan aktivitas tambang oleh pemerintah daerah, upaya mandiri bisa saja dilakukan warga untuk mengurangi tingkat retakan, seperti menghindari resapan air di lokasi retakan, melakukan penimbunan serta memulihkan ekosistim kawasan dengan menanam pohon.
"Ada rekomendasi juga dari tim agar menjaga vegetasi atau pepohonan di sana. Karena dengan vegetasi yang akarnya besar dan menghujam ke dalam itu akan bisa mengikat tanah, artinya memperkuat kestabilan lereng," kata Suryadin.
Sebelumnya, fenomena alam berupa retakan tanah merusak lima rumah warga di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Fenomena itu terjadi sejak 23 Mei 2023 lalu, dan sampai saat ini retakan masih terus meluas hingga mengancam permukiman warga setempat.
"Retakan masih terus bergerak, dan sudah lima rumah warga yang rusak," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima, Isyrah saat dikonfirmasi, Selasa (6/6/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.