SEMARANG, KOMPAS.com - Jika berkunjung ke Kota Semarang, belum afdhal rasanya jika belum mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Bagunan megah yang terletak di Jalan Gajah Raya, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang ini memiliki desain arsitektur yang khas dengan perpaduan gaya bagunan Timur Tengah, Jawa, dan Yunani.
Pada bagian depan, terdapat enam payung raksasa yang dapat otomatis terbuka maupun tertutup layaknya payung Masjid Nabawi di Madinah.
Baca juga: Berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Review Fasilitas dari Loker hingga Toilet
Tidak hanya itu, ada pula kubah dan menara yang membawa kesan bangunan khas kawasan Timur Tengah. Di bawahnya, terdapat pual atap tajugan bergaya Jawa.
Saat masuk ke dalam masjid, pengunjung akan disambut dengan mushaf Al-Quran akbar sebesar 145 cmx95 cm.
Tak heran, jika keunikan dan kemegahan bangunan seluas 7.500 meter persegi ini selalu ramai dikunjungi umat muslim untuk beribadah maupun berwisata religi.
Staff Humas MAJT, Beni Arif Hidayat mengatakan, Masjid Agung Jawa Tengah ini dibangun pada tahun 2002, lantas diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2006 lalu.
Dirinya menyebut, dibangunnya MAJT ini merupakan oleh bentuk rasa syukur dikembalikannya tanah wakaf Masjid Agung Semarang.
"Dulu merupakan wakaf produktif yang dimiliki oleh Masjid Agung Semarang seluas 119 hektar yang ada di beberapa titik Kota Semarang," jelas Beni kepada Kompas.com, Senin (10/4/2023).
Baca juga: Saat Nasdem Blora Tak Tahu Anies Baswedan Tiba-tiba Berkunjung ke Sana
Selain bangunan masjid, MAJT juga memiliki berbagai fasilitas pendukung. Diantaranya, gedung pertemuan, perpustakaan, hotel, museum, resto, hingga menara.
Uniknya, menara yang bernama Asmaul Husna atau sering disebut Menara Al Husna itu memiliki ketinggian 99 meter. Dalam hal ini, pengunjung juga diperbolehkan untuk menaiki menara berlantai 19 itu.
"Harga tiket masuk menara Rp 10.000, jam operasionalnya mulai dari 08.30 hingga 21.00 WB," ucap dia.
Selain dapat melihat pemandangan kota, Beni menyebut, Menara Al Husna juga kerap digunakan untuk memantau rikyatul hilal atau penentuan Bulan Ramadhan.
Disamping itu, di dalam Menara Al Husna pada lantai 2 dan 3 juga terdapat museum yang memamerkan karya ulama-ulama Indonesia, terlebih dari Semarang dan sekitarnya.
"Kalau karya-karya ulama terdahulu ada di museum, kalau buku-buku Islami ada di perpustakaan," jelas Beni.
Baca juga: Catat, Panduan Lengkap Berkunjung ke Pameran Artefak Nabi Muhammad