Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog: Kuli Panggul Jadi Ironi di Tengah Pejabat yang Pamer Kemewahan

Kompas.com - 16/03/2023, 05:02 WIB
Reza Kurnia Darmawan ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kuli panggul disebut memiliki peran penting dalam aktivitas pasar tradisional.

Hal itu disampaikan sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono.

Drajat berpandangan, salah satu keberhasilan pasar tradisional merupakan buah kontribusi dari kuli panggul.

Drajat mengatakan, kuli panggul memiliki hubungan sosial atau keterikatan dengan pasar.

"Di pasar tradisional atau pelabuhan, jasa mereka masih dibutuhkan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/3/2023).

Baca juga: Kisah Wagiyem Jadi Kuli Panggul di Solo, Angkat Barang 80 Kg Dapat Upah 10.000

Meski memiliki peran signifikan bagi pasar, Drajat menilai bahwa kuli panggul menjadi salah satu unsur yang lemah dalam kehidupan pasar. Sebagai pekerja kasar, peluang mereka untuk mengalami mobilitas vertikal kecil.

Ada dua hal yang menyebabkan kecilnya peluang kuli panggul untuk melakukan mobilitas vertikal.

Pertama, kuli panggul merupakan tenaga kerja tidak terampil atau unskilled. Faktor lainnya adalah kuli panggul tidak memiliki akses peningkatan keterampilan.

"Mereka tidak bisa akses pada pelatihan sertifikasi. Ditambah lagi, mereka mengalami keterampasan akses kekuatan kepada hal-hal yang bisa meningkatkan skill dan modal," ucapnya.

Ketimpangan sosial

Drajat menuturkan, fenomena gaya hidup mewah pejabat, yang akhir-akhir ini disorot, menjadi ironi tersendiri bila dibandingkan dengan kondisi sosial kuli panggul.

Ia menyampaikan, ketimpangan sosial sangat kentara dari fenomena itu. Sewaktu kuli panggul berjuang mencukupi kebutuhan, justru di tempat lain, pejabat-pejabat memamerkan kehidupan mewah.

"Sepanjang yang saya tahu, mereka dibayar per angkutan, bukan itungan UMR. Tidak ada kepastian pendapatan dalam pekerjaan mereka. Ini menjadi kesenjangan sosial," tuturnya.

"Indonesia mengalami pemusatan kekayaan pada sekelompok orang. Ini struktur yang sangat timpang. Ibaratnya, kuli panggul cuma bisa melihat hal tersebut," imbuhnya.

Apalagi, dengan adanya ekspansi pasar modern, keberadaan kuli panggul dikhawatirkan terancam.

"Proses distribusi barang dan loading barang di pasar modern kan berbeda dengan pasar tradisional, itu menjadikan jasa mereka tidak diperlukan lagi," terangnya.

Memberi perlindungan dan jaminan sosial

Melihat kondisi tersebut, Drajat berharap agar pihak-pihak memperhatikan perlindungan atau jaminan sosial bagi buruh di pasar, salah satunya dengan membuatkan asuransi ketenagakerjaan.

Baca juga: Wagiyem Mundur dari Pabrik dan Jadi Kuli Panggul meski Upah Rp 10.000 demi Urus Keluarga

"Harus ada yang ikut bertanggung jawab, seperti paguyuban pasar, lurah, atau bahkan pemerintah. Mestinya harus bisa diusahakan karena mau tidak mau, kuli panggul bagian sistem pasar," tandasnya.

"Modalnya mereka kan kekuatan, kekuatan mereka dimanfaatkan dalam pekerjaan mereka. Jangan sampai setelah mereka tak lagi punya kekuatan, lalu ditinggal begitu saja," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com