Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Terapi Pijat Api dan Golok, Pengobatan Khas Taiwan yang Masih Dilestarikan di Kawasan Pecinan Semarang

Kompas.com - 21/02/2023, 10:09 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ada satu pengobatan legendaris khas rakyat Taiwan yang unik, ekstrem, dan langka yang masih bertahan di kawasan Pecinan, Kota Semarang.

Tepatnya, di Jalan Gang Tengah, Nomor 40, Pecinan, Kota Semarang.

Tidak seperti pengobatan pada umumnya, pengobatan yang dilestarikan oleh Ardian Cangianto ini menggunakan benda-benda ekstrem dalam pelaksanaannya. Di antaranya seperti golok, pisau hingga api.

Baca juga: 7 Pengobatan Rumahan untuk Meredakan Sesak Napas

Pria yang kerap disapa Ardian itu menuturkan, pengobatan dengan konsep ekstrem itu merupakan salah satu kebudayaan masyarakat Taiwan.

Ardian menyebut, pada 1980-an silam, dirinya pernah belajar tentang pengobatan ini selama dua tahun di Taiwan. Dengan bekal pengetahuan dan kemampuannya, Ardian memberanikan diri untuk membawa kebudayaan tersebut ke Indonesia.

"Pertama kali buka praktik itu tahun 1990-an, lalu saya stop tidak buka praktik lagi. Kemudian pindah ke Semarang tahun 2016, dan buka praktik di sini," jelas Ardian kepada Kompas.com, Senin (20/2/2023).

Dalam pengobatan khas ini, terdapat beberapa metode yang diterapkan oleh Ardian. Pertama, menggunakan golok atau pisau. Sedangkan yang kedua, menggunakan jalaran api.

Tak perlu khawatir, selama proses terapi dilakukan, sebagian badan pasien ditutup dengan handuk. Sehingga, tak mengenai bagian tubuh secara langsung.

"Metode itu dipercaya bisa memperbaiki daya tahan tubuh manusia, agar bisa melawan segala jenis penyakit," jelas dia.

Baca juga: Emsella, Pengobatan Inkontinensia Urine Kini Hadir di Pontianak

Lebih jelas Ardian mengatakan, pijat terapi menggunakan golok kerap dipercaya bisa menyembuhkan penyakit organ dalam atau saraf.

Jika dilihat pada sisi spiritualnya, dipercaya dapat mengusir sawan atau ketempelan makhluk halus.

Sedangkan pijat api, diyakini bisa membantu meningkatkan ketahanan tubuh. Alasannya, api yang disalurkan itu dapat memberi kehangatan tubuh, sehingga suhu badan kembali stabil.

"Selain itu juga membantu peredadan darah lancar. Karena mengandung unsur spiritual juga, dibarengi dengan doa. Karena doa bisa memperkuat keyakinan si penyembuh, dan orang yang sakit juga akan merasa nyaman," tutur Ardian.

Ardian menyebut, dirinya juga mengucapkan doa-doa khusus pada setiap pengobatan. Dirinya meyakini, doa yang khusus dan konsisten diucap bisa menambah kesadaran dan memperkuat diri.

Baca juga: Preman yang Tantang Polisi hingga Keluarkan Jurus Silat Ternyata ASN yang Sedang Jalani Pengobatan Mental

Dalam menangani satu pasien, Ardian bisa menghabiskan waktu selama 30 menit hingga 2 jam. Tergantung penyakit yang disembuhkan.

"Macem-macem, ada yang hanya tidak enak badan, asam urat, efek Covid-19," tutur dia.

Uniknya, Ardian tidak memungut biaya sepeser pun kepada pasien terapi pijatnya. Dirinya menuturkan, hal tersebut dilakukan lantaran ingin membantu sesama manusia.

Menurut Ardian, pengobatan khas semacam ini masih perlu dilestarikan. Sebab, hal tersebut merupakan kearifan lokal yang bisa meningkatkan harga diri suatu bangsa.

"Dengan kearifan lokal, mereka memiliki identitas kultural. Dengan identitas kultural, mereka memiliki harga diri. Harga diri sebagai orang Indonesia," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

Regional
Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Regional
Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Regional
Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Regional
Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Regional
Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Regional
Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Regional
Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Regional
Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Regional
TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

Regional
Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Regional
Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Regional
Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Regional
Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Regional
Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com