Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkop Teten Masduki: Pemerintah Kembangkan Model Bisnis Sayur Lewat Koperasi di Kawasan "Nepal Van Java"

Kompas.com - 16/02/2023, 19:14 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah akan mengembangkan model bisnis bagi petani sayur di lereng Gunung Sumbing, kawasan Nepal Van Java Kecamatan Kaliangkrik dan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dengan model bisnis ini para petani dapat menjual produk-produknya secara kolektif di pasar modern yang dibantu oleh koperasi

Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM), Teten Masduki, usai berkunjung di klaster pertanian Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Kamis (16/2/2023).

Baca juga: Teh Daun Kelor Dipilih Menjadi Suvenir KTT G20 Bali, Teten Masduki: Selama Ini Dikira Cuma untuk Mengusir Hantu

Pengembangan bisnis ini Kemenkop dan UKM bersinergi dengan Koperasi Mitra Agro Abadi dan KSP AMAJ (Artha Mitra Abadi Jaya). 

"Sekarang mereka (petani di Sukomakmur) bertani sendiri-sendiri, menjual produknya sendiri. Maka kita mau bangun bersama yaitu korporatisasi petani. Jadi nanti para petani ini bergabung di koperasi, pembiayaan sekarang dari AMAJ dan Koperasi Mitra Agro Abadi akan menjadi offtaker," jelas Teten.

Luas lahan pertanian di kawasan ini ada sekitar 400 hektar dengan jumlah petani 400 orang.

Menurut Teten, dengan model bisnis ini para petani tidak perlu menjual hasilnya sendiri-sendiri dan akan dikelola oleh koperasi.

"Kami pun dari jaringan market modern ada permintaan sekitar 60-70 ton per hari dan baru dipenuhi, misalnya koperasi di Ciwidey baru sekitar 7 ton per hari, maka peluangnya masih besar," ungkap Tetan. 

Baca juga: 300 UMKM Unggulan Dipamerkan di KTT G20 Bali, Ini Harapan Menteri Teten Masduki

Dia menambahkan, mengkorporatisasi petani artinya mengkonsolidasi petani-petani kecil, perorangan menjadi berkoperasi, bertani secara kolektif dan membangun sistem pertanian yang terencana. Sehingga apa yang ditanam petani, baik volume komoditinya sesuai dengan permintaan market.

"Sehingga nanti tidak ada lagi isu harga jatuh dan lain sebagainya," kata, Teten.

Menurutnya, dengan cara seperti itu akan menjangkau tiga hal yaitu, kesejahteraan petani yang lebih baik karena ada keuntungan dari ekonomi kolektifnya, bisa membangun pertanian terencana, dan bisa menyuplai persediaan dari sisi ketahanan pangan.

"Ini suatu piloting yang kita siapkan untuk nanti menjadi bisnis model yang bisa dikembangkan kemana-mana," ujarnya.

Menurutnya, sistem bisnis seperti ini ada kepastian produk-produk petani bisa terserap 100 persen ke pasar karena sudah merupakan permintaan pasar.

"Sekarang kan masih tradisional, apa yang ditanam sesuai tradisi, akibatnya produk tidak terserap, harga jatuh, kalau pertanian terencana itu tidak mungkin karena sebelum ditanam sudah sesuai dengan permintaan market baik dari volume, jumlah tonasenya maupun kualitas produknya," terang Teten.

Teten menambahkan, pemerintah mendukung para petani di kawasan tersebut dengan pembiayaan melalui koperasi-koperasi. Pemerintah juga menyiapkan anggaran sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan model bisnis tersebut. 

Bahkan, kata Tetan, pemerintah mengelontorkan sekitar Rp 2 triliun untuk mendorong koperasi yang mengelola sektor pangan.

"Jadi kami mengelola setahun Rp 2 trilun untuk mendorong koperasi ini. Sekarang kita akan fokus untuk koperasi di sektor pangan," tandas Teten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com