Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yuli, Ubah Serat Alam Jadi Tas Unik, Raih Omzet hingga Jutaan Rupiah Per Bulan

Kompas.com - 18/01/2023, 15:25 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ada yang menarik saat bekunjung ke rumah salah satu warga Mlatibaru, Kota Semarang, Yuli Muhawati.

Puluhan tas berwarna coklat, topi, dan aksesoris lain terpampang rapi di rak dan meja kayu ruang tengah.

Tak hanya itu, terdapat pula dua mesin jahit yang sedang tidak beroperasi di sudut ruangan.

Di situlah Yuli, sapaan akrabnya, memproduksi dan memamerkan karya kerajinan tangan yang unik. Tepatnya di Jalan Mlatiharjo Raya Tengah, Mlatibaru, Semarang Timur.

Bukan sembarang kerajinan, seluruh karya yang diproduksi Yuli ini terbuat dari serat alam, seperti daun enceng gondok, daun pandan, kain goni, hingga pelepah pisang.

Baca juga: Direktur RSUD Wongsonegoro dan Wali Kota Semarang Dituding Tak Membayar Insentif Covid-19 untuk Nakes

Awalnya, Yuli menuturkan, ide kreatifnya ini muncul lantaran melihat petani daun pandan di Kebumen yang belum bisa mengembangkan hasil kebun menjadi barang-barang kerajinan.

Berbekal bakat dan kemampuan yang dimiliki, Yuli mencoba menyulap daun-daun pandan itu menjadi produk kerajinan.

“Waktu itu ada saudara saya yang kerja di Kebumen jadi pendamping para petani. Nah, katanya, di sana petani daun pandan itu belum bisa memanfaatkan dengan baik, maka dari itu saya kepikiran buat kerajinan ini,” tutur Yuli, kepada Kompas.com, Selasa (17/1/2023).

Jauh sebelum memproduksi tas serat alam, imbuh Yuli, dirinya pernah membuat berbagai macam kerajinan tangan, seperti sulam pita kerudung, tas, dan berbagai suvernir.

Lantaran merasa kurang puas dengan karya-karya yang dibuat, Yuli memutuskan untuk beralih ke serat alam sejak tahun 2017.

Menurut Yuli, serat alam memiliki keunikan dan nilai estetika yang lebih.

Sehingga, dirinya berani fokus untuk mengembangkan kerajinan berbahan dasar serat alam.

“Dulu sebelum memproduksi tas serat alam, awal tahun 2009 saya pernah bikin sulam pita kerudung. Bahkan pernah ngirim ke Belanda. Selang berapa tahun, jadi banyak yang buat. Nah saya berpikir, berarti saya harus cari yang lain, biar berbeda dari orang kebanyakan,” tutur owner Mlatinwangi ini.

Yuli menuturkan, untuk memproduksi tas serat alam, dirinya perlu menyiapkan sejumlah alat dan bahan.

Di antaranya, serat alam yang sudah kering, pola gambar, lem, gunting, hingga mesin jahit.

Baca juga: Soal Cuitan Mantan Karyawan Unibi Hina Jokowi Jadi Pengen Nimpuk Bibirnya Pake Batako, Gibran: Kasihan Punya Anak Istri

Tentu, seluruh proses tersebut dilakukan dengan manual dengan tangan.

Dalam satu hari, Yuli menyebut, bisa menyelesaikan satu hingga dua produk tas serat alam.

“Prosesnya ada pemotongan, pengeleman, lalu dijahit. Ini juga pakai mesin jahit kain biasa. Mungkin satu hari bisa jadi dua produk, karena saya juga hanya dibantu satu pegawai,” ucap perempuan asal Semarang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Regional
Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Regional
Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Regional
Bukan Fenomena 'Heat Wave', BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Regional
301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com