Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Soekarno Jalani Pembuangan di Ende

Kompas.com - 17/08/2022, 12:02 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Delapan bulan setelah bebas dari Penjara Sukamiskin, Soekarno kembali ditangkap di Bandung.

Ia kemudian dibawa ke Surabaya. Belanda juga membawa istri Soekarno, Inggit serta Ratna Juami, anak angkat mereka. Masuk dalam rombongan, Ibu Amsi yang tak lain mertua Soekarno.

Soekarno harus mejalani pembuangan. Tiga hari sebelum diberangkat ke pelabuhan, Soekarno bertemu ayah dan ibunya. Mereka diberi waktu kesempatan selama 3 menit untuk berpamitan.

Di pelabuhan, kepergian Soekarno dan keluarganya dilepas oleh orang-orang yang berjejal-jejal berbaris dengan melambaikan bendera merah putih yang dibuat sendiri.

Baca juga: Jejak Bung Karno di Ende, Renungkan Pancasila hingga Naskah Drama

Delapan hari perjalanan di atas kapal barang KM van Riebeeck, Soekarno dan keluarganya tiba di pulau terpencil, Flores.

Di pembuangan itu, Soekarno membawa keranjang buku yag menjadi satu-satunya harta pribadi yang dibawa.

Oleh Gubernur Jenderal, Soekarno ditempatkan di Ende, sebuah kampung nelayan yang memiliki 5.000 penduduk. Tepatnya di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.

Penduduk kampung itu bekerja sebagai nelayan, petani kelapa dan petani biasa. Soekarno kemudian tinggal di rumah milik Haji Abdullah Amburawu.

Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno bercerita jika butuh waktu 8 jam berkendara dengan mobil untuk ke kota terdekat.

Baca juga: Taman Renungan Bung Karno di Ende NTT, Tempat Lahirnya Pancasila

Jalan utamanya adalah jalan tanah bekas tebasan hutan yang menjadi kubangan saat musim hujan. Di Ende tak ada telepon, tak ada telegraf. Tak ada juga listrik dan air jeding. Selain itu tak ada hiburan di Ende.

Satu-satunya komunikasi hanya melewati dua buah kapal pos yang datang sebulan sekali.

Soekarno bercerita jika mandi dia akan membawa sabun ke Wola-wola, sebuah sungai dengan air dingin dengan bongkahan batu di tengahnya.

Di sekeliling rumah yang ditempat Soekarno hanyalah kebun pisang, pohon kelapa dan juga jagung.

Sang istri, Inggit bertanya mengapa mereka harus dibuang di Ende, bukan di Digul yang selama ini menjadi lokasi pembuangan para pengikut Soekarno.

Baca juga: Jokowi Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Titik Lahirnya Pancasila

"Di Digul, ada 2.600 orang buangan. Tentu aku akan menemukan kehidupan menyenangkan di sana. Dapatkan kau bayangkan apa yang akan diperbuat Sukarno dengan 2.600 pasukan yang sudah jadi itu? Aku akan mengubah wajah negeri Belanda dari Tanah Papua yang terpencil itu," ungkap Soekarno.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com