Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ai Rahmayanti, S.Sos.I, M.Ag
PP ISNU

Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU)  | Ketua Departement Gender dan Budaya | Alumni Pasca Sarjana Ilmu Dakwah UIN Bandung

Kartini dan Kiai, Dari Mereka Kami Lahir

Kompas.com - 21/04/2021, 14:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Jalan menuju Allah dan jalan ke arah kebebasan sejati hanyalah satu. Siapa yang sesungguhnya mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seseorang manusia mana pun, Ia sebenar-benarnya bebas." (Raden Ajeng Kartini: 1903)

Pertemuan Kartini dan Kiai Shaleh Darat menjadi awal perjalanan teologi dan spiritual Kartini, mulai Tuhan dan syariat-Nya yang dianggapnya hampa hingga menjadi sangat bermakna, sehingga kegelapan yang ada dalam hatinya disirnakan oleh sebuah cahaya yang terang benderang.

Ingin sekali saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah. Sekarang hidup menuntut janji itu. Tidak ada sesuatu yang terlalu pahit, terlalu berat, terlalu keras bagi kami, apabila kami dengan perbuatan itu dapat membantu sedikit pembangunan tugu peringatan yang indah yaitu: Kebahagiaan Bangsa.” (Surat Kartini kepada Nyonya R.M. Abendanon Mandri, 1 Agustus 1903).

Kartini hidup di tengah situasi yang lekat dengan budaya feodal. Perempuan tidak sebebas kaum laki-laki. Ketika penjajah sudah berkuasa, budaya feodal justru dijadikan alat untuk mengukuhkan kedududukan mereka menjadi superior di atas warga pribumi. Yang menjadi korban, lagi-lagi adalah rakyat jelata.

Oleh karena itu, karena tidak kuat melihat penderitaan yang dialami rakyatnya atas kezaliman penjajah dan juga budaya feodal, Kartini ingin melepaskan pakaian kebangsawanannya dan melebur dengan rakyat.

Baca juga: Kartini, Kota Jepara, dan Seni Ukir Berkelas Dunia

Apa yang telah Kartini torehkan dalam sejarah tersebut, tidak terlepas dari nilai-nilai spiritualnya. Bagaimana ia mengimani bahwa ada dua perkara yang tiada sesuatu apa pun yang lebih utama dari keduanya, yakni iman kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama muslim (baik dengan ucapan, kekuasaan, harta, maupun tenaga).

Rasullullah Saw bersabda: "Barangsiapa berada pada pagi hari tanpa bermaksud menzalimi seorang pun, maka dosa-dosanya diampuni. Barangsiapa berada pada pagi hari dan berniat menolong orang yang teraniaya serta memenuhi keperluan orang Islam, maka Ia mendapatkan pahala seperti pahala haji mabrur."

Kartini dengan segala kemampuannya, terus bekerja keras untuk menghilangkan sistem feodalisme yang kurang memanusiakan manusia. Zaman feodal yang disaksikan Kartini sangat mendiskriminasikan perempuan.

Dari kondisi yang menjerat diri dan rakyat perempuannya, maka Kartini ingin memperjuangkan pendidikan bagi wanita. Pendidikan yang dicita-citakan adalah pendidikan yang bebas dari campur tangan dan pengaruh pemerintahan Hindia Belanda.

Tentunya ini didorong nilai spiritual, sebagaimana sabda Rasulullah Saw juga bahwa, "Manusia yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling utama adalah menyenangkan hati orang mukmin dengan cara menghilangkan kelaparan dan kesusahan atau melunasi utangnya."

Kartini dan kiai NU

Dalam tautan kultur di kalangan Nahdliyin ada titik temu nilai-nilai dalam diri Kartini dengan nilai-nilai yang disampaikan para kiai NU, yakni landasan teologi dan spiritual yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut akan kita temukan dalam beberapa putusan-putusan NU, di antaranya:

1. Konbes Syuriah NU 1957, menyepakati suatu keputusan yang melegitimasi bolehnya perempuan memasuki lembaga legislatif (DPR RI maupun DPRD).

2. Muktamar NU 1962 di Salatiga, yang memperkenankan perempuan duduk di lembaga eksekutif sebagai Kepala Desa.

3. Kepengurusan Syuriah PBNU tahun 60-an, adanya keterwakilan dari kaum perempuan di antaranya: Nyai Fatimah, Nyai Mahmudah Mawardi, dan Nyai Choiriyah Hasyim.

4. Muktamar NU ke-28 masa khidmat 1989-1994, dalam rumusan program umum menyebutkan persoalan perempuan terkait peranan perempuan dalam pembangunan masyarakat (terutama masyarakat pedesaan yang cukup besar).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Regional
7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Regional
Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Regional
Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Regional
Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Regional
Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com