Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ai Rahmayanti, S.Sos.I, M.Ag
PP ISNU

Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU)  | Ketua Departement Gender dan Budaya | Alumni Pasca Sarjana Ilmu Dakwah UIN Bandung

Kartini dan Kiai, Dari Mereka Kami Lahir

Kompas.com - 21/04/2021, 14:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

5. Muktamar NU ke-29 masa khidmat 1994-1999, dalam rumusan program pokok pengembangan NU menyatakan bahwa sektor perempuan melalui banom Muslimat dan Fatayat ikut serta mengembangkan dan mendorong peningkatan peran perempuan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama.

6. Munas Alim Ulama NU 1997 di Lombok, melahirkan maklumat tentang “Kedudukan Perempuan Dalam Islam (makanat al-Mar’ah fi al-Islam)”.

7. Mubes NU 2004, komisi gerakan perempuan merekomendasikan:

  • Perlunya warga NU merumuskan fikih keseharian yang berkeadilan gender.
  • Kualitas dan kuantitas ulama perempuan NU perlu ditingkatkan untuk melengkapi peran keulamaan NU dengan melakukan perbaikan system pengkaderan ulama NU.
  • Pengarusutamaan gender pada lembaga pendidikan (LP Maarif dan pesantren) dengan merekonstruksi kurikulum dan metode pengajaran.
  • Pemberdayaan ekonomi perempuan NU secara sistematik.
  • Representasi perempuan minimal 30% dalam struktur di seluruh tingkatan.
  • Perlunya kepedulian NU terhadap persoalan perempuan dan membantu korban pelanggaran hak perempuan dengan memberikan dukungan sumber daya/dana.
  • Perlu adanya rekonsiliasi dan koordinatif dari NU dan banomnya terhadap korban peristiwa 1965 yang merugikan perempuan.
  • Perlunya pengalokasian dana di seluruh tingkatan NU dan banomnya untuk mencapai persamaan dan kesetaraan gender.
  • Menyerukan seluruh warga NU untuk merekomendasikan mereka yang peduli terhadap pemberdayaan perempuan dalam struktur kepengurusan NU di setiap tingkatan baik tanfidziyah maupun syuriah. (Menjawab Kegelisahan NU, 2004: 53-54)

Hal ini menunjukkan komitmen para Kiai NU yang kuat untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam seluruh aspek kehidupan. NU menegaskan komitmennya ikut menginisiasi transformasi kultur kesetaraan yang kemudian mampu menjadi dinamisator pembangunan dengan memberdayakan perempuan Indonesia pada proporsi yang sebenarnya.

Peran kiai NU dalam gerakan perempuan

Bagi gerakan perempuan di kalangan NU, seperti IPPNU, KOPRI, Fatayat dan Muslimat, keputusan-keputusan ini merupakan dokumen historis yang menjadi dasar legitimasi bagi upaya-upaya advokasi perempuan.

Keputusan-keputusan tersebut tidak terlepas dari peran para kiai yang melahirkan gerakan-gerakan organisasi perempuan yang berada dibawah naungan NU, yang tentunya mampu membawa kemajuan khususnya untuk perempuan dan umumnya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Para kiai tersebut di antaranya adalah:

1. Kiai Wahab Hasbullah

Pada rapat umum NU KH.A. Wahab Hasbullah (wakil PBNU) berbicara bahwa: “Dalam kalangan umat islam, bukanlah hanya kaum Bapak saja yang harus dan wajib mempelajari dan menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah, tetapi kaum ibu juga harus mengikuti akan langkah gerak dari kaum laki-laki. Mereka harus sama-sama menjalankan segala apa yang diwajibkan oleh agama islam.” (Menjawab Kegelisahan NU, 2004: 53-54)

Kongres NU ke XIV di Magelang, KH A Wahab Hasbullah memberikan nasihat-nasihat sehubungan dengan kebangkitan, kedudukan perempuan dalam islam dan penyampaiannya dengan mengambil contoh-contoh yang menarik.

Dalam sejarah Muslimat, dicantumkan bahwa KH A Wahab Hasbullah dan KH M Dahlan berjasa besar atas lahirnya Muslimat NU, bahwa dengan ketekunan-ketekunan dan dorongan-dorongan beliaulah NUM berdiri di samping NU. Andaikan NUM itu sebagai bayi yang baru lahir, maka beliaulah yang menjadi dokter dan bidan. Mereka mengerti dan terus mengamati kapan bayi itu lahir, maka setelah datang saatnya mereka mendorong, memimpin serta membimbing dengan tidak menghiraukan rintangan dari kanan kiri.

Tidak berhenti di sana saja, NUM diasuh, diberi petunjuk, dipimpin dan dibimbing, diluruskan jalannya, ditolong kalau mau jatuh, dibesarkan hatinya, dikobarkan semangatnya, sehingga NUM dapat berjalan sendiri. Dalam dokumentasi Muslimat, disebutkan bahwa KH A Wahab Hasbullah dan KH Saifuddin Zuhri menjadi guru pada kursus kepemimpinan Muslimat NU yang pertama kali di Madiun pada Maret 1948.

2. KH M Dahlan

Kiai Haji M Dahlan selain mendorong lahirnya Muslimat NU, menurut penuturan Ibu Aminah Mansur selaku dewan pimpinan Fatayat NU, beliau juga mendorong pembentukan Fatayat NU ketika menjadi ketum PBNU.

Dalam catatan sejarah Fatayat NU, disebutkan bahwa pada saat banyak para kongresisten berpendapat bahwa “haram hukumnya" perempuan keluar rumah. Kiai Dahlan berjuang dengan gigih agar perempuan dan puteri-puteri ini diterima di dalam NU.

Beliau mendekati Hadlratus Syech KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Chasbullah, dua ulama NU yang memiliki pandangan luas tentang perlu ikut sertanya perempuan dan pemudi-pemudinya dalam organisasi NU.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Regional
Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Regional
11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

Regional
Penumpang Kapal di Nabire Kedapatan Bawa 1 Kg Ganja

Penumpang Kapal di Nabire Kedapatan Bawa 1 Kg Ganja

Regional
Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Regional
Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Regional
Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Regional
Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Regional
TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

Regional
[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com