Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sudah Tiga Tahun Sepatu Saya Tidak Ganti, Bapak Tak Punya Uang"

Kompas.com - 09/08/2019, 17:00 WIB
Hamzah Arfah,
Khairina

Tim Redaksi

 

LAMONGAN, KOMPAS.com - Bagi banyak orang, bergonta-ganti sepatu baru merupakan hal lumrah dalam kehidupan sehari-hari guna mengikuti tren yang tengah berkembang dan digandrungi saat ini.

Namun banyak juga orang terkadang tidak cukup beruntung, bahkan untuk bisa mencukupi fasilitas sekolah layaknya sepatu.

Mereka baru akan menggantinya bila benar-benar rusak, atau malah tetap menggunakan sepatu yang telah rusak ke sekolah, lantaran memang tidak mampu untuk membeli sepasang sepatu baru.

Baca juga: Pak Sarono, Biayai 75 Yatim-Piatu dengan Memecah Batu

Itulah potret yang dialami oleh ratusan bocah yatim-piatu dan kurang mampu di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Kondisi ini membuat anggota komunitas berbagi dengan ikhlas (Berkas) yang dipimpin Aipda Purnomo merasa tersentuh untuk dapat berbagi dengan memberikan bantuan berupa sepatu baru kepada mereka.

"Senang, akhirnya dapat sepatu baru. Sebab sepatu saya ini sudah kekecilan, nggak muat lagi. Sudah tiga tahun nggak ganti, bapak enggak punya uang," ujar Faisal Ramadani, siswa kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hidayah, Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan, yang mendapat bantuan sepatu baru dari Komunitas Berkas, Kamis (8/8/2019).

Faisal mengaku sudah memberitahu bapaknya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, sekaligus meminta untuk bisa dibelikan sepatu baru untuk belajar di sekolahan.

Namun, permintaan itu belum juga dikabulkan, hingga kemudian ia bertemu dengan salah seorang anggota dari Komunitas Berkas dan diberitahu jika ada pembagian sepatu gratis.

"Bapak memang sudah janji, tapi disuruh sabar. Kalau punya duit baru akan dibelikan. Tapi Alhamdulillah, kemarin ketemu sama orang Berkas, ditanya dan kemudian didata untuk diberi sepatu baru," ucap dia.

Senada, Aurel Putri yang masih duduk di bangku kelas 5 MI Raudhatul Tolibin, Warukulon, Kecamatan Pucuk, Lamongan mengatakan, keluarganya memang belum bisa membelikan sepatu baru karena masih banyak kebutuhan sehari-hari yang lebih mendesak, yang lebih patut didahulukan untuk dipenuhi.

"Bapak dan ibu sudah meninggal, sekarang saya ikut nenek. Sepatu sudah robek, mau ganti baru kata nenek disuruh sabar dulu," kata Aurel.

Baca juga: Baiq Nuril Akan Berikan Sebagian Donasinya untuk Anak Yatim

Sedangkan Aulia Nur Fida yang kini duduk di bangku kelas 4 MI Raudhatul Tolibin, Warukulon, Kecamatan Pucuk, Lamongan mengaku, dirinya sudah menjadi yatim sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).

"Bapak meninggal pas saya masih TK B, jadi sekarang ibu yang cari nafkah buat saya dan kakak. Nggak enak kalau minta beli sepatu baru, takut ibu kepikiran," tutur Aulia.

Sementara itu, Aipda Purnomo selaku ketua Komunitas Berkas mengatakan, pemberian santunan kepada anak yatim-piatu dan kurang mampu memang menjadi titik fokus komunitasnya yang memang bergerak di bidang sosial.

"Sebelumnya kami banyak memberikan bantuan berupa uang tunai. Namun setelah kami diskusi bareng anggota lain, maka kemudian kami putuskan untuk tidak hanya membantu dengan uang tunai tapi juga barang-barang yang bermanfaat sebagai penunjang sarana belajar-mengajar si anak," kata Purnomo.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com