Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dugaan Penyebab Kematian Paus yang Ditemukan di Perairan Wakatobi

Kompas.com - 20/11/2018, 16:59 WIB
Kiki Andi Pati,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KENDARI, KOMPAS.com - Pihak berwenang belum dapat memastikan penyebab kematian paus jenis Sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (19/11/2018).

Namun, dalam perut paus sepanjang 9,6 meter itu, ditemukan sampah plastik yang jumlah cukup besar yakni sekitar 5,9 kg.

Aktivis dari Yayasan Lestari Alam Wakatobi, Saleh Hanan menduga penyebab kematian paus itu karena sampah plastik. Sebab, sampah plastik tak bisa dicerna oleh perut paus.

Baca juga: Ikan Paus yang Mati Terdampar di Perairan Wakatobi Dikuburkan

Berbeda dengan tulang ikan, meskipun keras namun tetap bisa dicerna. "Sangat bisa karena sampah. Sampah plastik, kan, tidak terurai di perut paus dan beracun. Pencernaan terganggu, lalu mati," kata Saleh, dihubungi, Selasa (20/11/2018).

Berdasarkan pengalamannya selama ini, lanjut Saleh, paus itu kehilangan orientasi navigasi. Dirinya pernah melihat ada sabuk sampah membelah Laut Banda dari Timur Laut Sultra sampai tenggara Kepulauan Sula pada bulan tertentu.

"Karna kehilangan orientasi navigasi, paus tak mampu bedakan makanan dan non-makanan," terang dia.

Baca juga: Teguran buat Kita, Paus yang Mati di Wakatobi Tercemar 5 Kg Plastik

Sebelumnya, warga di Desa Kapota, Kecamatan Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, menemukan seekor paus dengan panjang 9,5 meter telah membusuk setelah terdampar di perairan itu.

Kondisi paus yang mati ini sangat memprihatinkan. Dalam perut paus tersebut ditemukan sampah plastik yakni penutup galon, botol plastik, tali rafia, sobekan terpal, botol parfum, sandal jepit, kresek, piring plastik, gelas plastik, dan jaring.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com