LUMAJANG, KOMPAS.com - Ranupani, sebuah danau di lereng Gunung Semeru terlihat kotor, Sabtu (31/3/2018). Salvinia molesta atau kiambang menutupi seluruh permukaan air danau itu.
Kiambang merupakan tumbuhan yang mengapung di air. Tumbuhan itu berasal dari Brazil bagian tenggara dan Argentina bagian utara.
Tidak diketahui secara pasti, bagaimana tumbuhan itu sampai ke lereng Semeru dan tumbuh subur di danau yang terletak di ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut (mdpl) itu. Tumbuhan itu pun kadang merepotkan warga yang ingin melihat danau itu tetap jernih.
Bahkan, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) selaku pengelola kawasan itu harus mengagendakan secara rutin pengangkatan tumbuhan itu untuk mengembalikan kondisi danau yang menjadi cikal bakal berdirinya desa di tengah hutan yang didiami warga Suku Tengger itu.
"Tahun 2012 kita sempat berhasil mengangkat salvinia secara keseluruhan. Karena keteledoran kita, bisa muncul lagi," kata Agung Siswoyo, pengendali ekosistem hutan pada TNBTS saat Sarasehan Lingkungan di Ranupani.
Baca juga : Jalur Bromo Ditutup, Perayaan Nyepi Suku Tengger Lebih Khidmat
Ketika itu, ada 20 orang yang berusaha mengangkat tumbuhan itu. Mereka berhasil mengangkat tumbuhan itu secara total selama 36 hari. Agung berencana untuk mengulangi upaya itu.
"Kalau pun itu tidak berhasil mengangkat secara keseluruhan, harapan kita 80 persen sudah terangkat," katanya.
Ancaman sedimentasi
Salvinia molesta hanya bagian kecil dari ancaman yang ada pada Ranupani. Ancaman lainnya yang lebih besar adalah sedimentasi.
Agung mengatakan, danau yang berada di kawasan permukiman penduduk Suku Tengger Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, itu terus mengalami penyempitan.
Terdapat sekitar 20 ton material per hektar yang masuk ke danau itu selama setahun, yang membuat luasan dan kedalaman danau itu terus menyusut.
"Luasannya dulu 6,7 hektar. Sekarang tersisa 5 sekian hektar," ungkapnya.
Kedalamannya juga menyusut drastis. Dari kedalaman 12 meter, sekarang tinggal 3 meter.
"Pendangkalan yang jauh lebih besar. Tetapi masyarakat tidak melihat itu," jelasnya.
Faktor tanaman warga