Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasinya Menurun, Lutung Jawa Masih Diperjualbelikan di Medsos

Kompas.com - 01/03/2018, 19:51 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Perdagangan primata, khususnya lutung jawa, masih marak dilakukan di media sosial. Padahal, binatang ini masuk kategori satwa liar yang dilindungi. Populasinya di alam bebas terancam punah.

Kondisi ini menggugah Organisasi Pelindung Hutan dan Satwa Liar Profauna Indonesia cabang Magelang untuk menggelar kampanye pelestarian lutung jawa di Alun-alun Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (1/3/2018).

Koordinator Profauna Magelang, Muhammad Jayuli, mengungkapkan, satwa bernama Latin Trachypithecus auratus ini kebanyakan dijual secara online dengan harga antara Rp 500.000-Rp 1 juta per ekor. Rata-rata transaksi melalui akun-akun komunitas hewan peliharaan di Magelang dan sekitarnya.

"Lutung jawa salah satu satwa favorit yang banyak diperdagangkan via online. Ini terjadi karena masih ada masyarakat yang mau membeli, padahal satwa ini termasuk satwa liar yang dilindungi," ungkap Jayuli di sela kampanye, Kamis siang.

Jayuli berujar, para penjual banyak berburu langsung di habitatnya, antara lain di area Gunung Andong, Taman Nasional Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu. Proses penangkapan, pengangkutan, dan perdagangan primata itu sering kali sangat kejam. Ada banyak primata yang mati dalam perdagangan.

"Banyak juga kami lihat di media sosial, primata yang diperjualbelikan masih bayi. Padahal, kalau mau ambil bayinya harus membunuh induknya dulu. Tentu kami sangat prihatin dengan kondisi ini,” katanya.

Baca juga: Jalani Pemeriksaan, 14 Lutung Jawa Siap Dilepasliarkan

Menurut Jayuli, aksi perdagangan ini merupakan ancaman paling serius terhadap kelestarian primata Indonesia. Lebih dari 95 persen primata yang diperdagangkan di Indonesia itu hasil tangkapan liar di alam.

Selain perburuan dan perdagangan, penurunan populasi lutung jawa juga disebabkan kerusakan habitat. Primata yang juga dikenal dengan budeng ini berhabitat di hutan liar. Sementara saat ini kerusakan lama justru semakin meluas.

Melalui aksi dalam rangka memperingati Hari Primata Indonesia 2018 ini, Jayuli mengajak seluruh masyarakat untuk peduli pada pelestarian primata dan satwa liar lainnya, seperti elang jawa dan kera ao.

Mereka membentangkan poster berisi ajakan tidak membunuh lutung dan primata lainnya, membagi-bagi brosur kepada sejumlah pengendara kendaraan bermotor, dan aksi teatrikal yang menampilkan badut lutung saat sedang disiksa oleh pemburu.

Baca juga: BKSDA Jawa Timur Amankan 3 Lutung Jawa yang Dijual via Online

Dalam kampanye ini, pihaknya juga sekaligus menyosialisasikan bahwa memelihara primata sebagai satwa peliharaan rawan terjadinya penularan penyakit (zoonosis), seperti TBC, hepatitis, dan herpes.

"Membiarkan primata hidup di habitat alaminya adalah pilihan bijak," tegasnya.

Remi, salah satu warga Magelang, mendukung aksi Profauna itu demi melindungi satwa liar yang dilindungi, seperti lutung jawa. Dia pun mengaku kerap melihat di media sosial perdagangan satwa-satwa tersebut di Magelang dan sekitarnya.

"Aksi ini bagus ya agar masyarakat itu sadar kalau satwa liar seperti lutung dilindungi, sudah nyaris punah. Saya pernah lihat itu (jual beli) di Facebook. Kalau sampai punah, bisa jadi anak cucu kita tidak pernah tahu satwa seperti itu," ungkap warga Mertoyudan itu. 

Kompas TV Dunia dihenyakan dengan kejadian tragis atas matinya seekor orangutan di sekitar kawasan Taman Nasional Kutai Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com