Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Divsa, Bayi Penderita Penyakit Mirip Kaki Gajah

Kompas.com - 05/01/2018, 15:47 WIB
Markus Yuwono

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Manusia tidak dapat menentukan nasibnya. Hal itu seperti dialami oleh Divsa Saputri, bayi berusia 28 hari, warga RT 6 RW 15 Bendorejo, Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta. Sejak lahir, kaki kirinya membesar seperti penyakit kaki gajah.

Saat ditemui di rumahnya yang sederhana, Hadi Supono (48), orang tua bayi itu, tampak sibuk membersihkan rumahnya yang terbuat dari papan dan bambu. Sementara Divsa sedang tertidur di pangkuan ibunya, Marsih (39), di dalam kamar 3 meter x 4 meter, berlantai tanah.

Ketika sejumlah wartawan dan perangkat Desa Semanu datang ke rumah limasan berwarna biru itu, mereka langsung dipersilakan masuk ke ruang tamu tanpa kursi.

Hadi menggelar tikar, di ruang tamu hanya ada televisi 14 inci dan lemari. Divsa pun dibawa keluar, Marsih tampak masih kesakitan karena luka bekas luka operasi sesarnya belum sembuh total.

Bayi mungil itu tampak masih terlelap saat diletakkan di tikar. Terlihat kaki kirinya membesar dengan warna kulit menghitam. "Sudah sejak dalam kandungan saat di USG usia kandungan delapan bulan sudah kelihatan kaki kirinya membengkak," kata Hadi saat berbincang dengan wartawan, Jumat (5/1/2018).

Baca juga: Menkes Bertekad Berantas Penyakit Kaki Gajah

Lelaki yang bekerja serabutan ini menceritakan, setelah kelahiran putri kelimanya pada 8 Desember 2017, bayinya sempat dirawat di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta. Namun, hanya 13 hari, karena keterbatasan dana harus bolak-balik Semanu-Yogyakarta, dirinya memutuskan membawa pulang putrinya tersebut.

"Saran dokter seharusnya dirawat dua bulan, tetapi kondisi saya seperti ini, sementara dibawa pulang terlebih dahulu," tuturnya.

Setiap dua minggu sekali, putrinya harus kontrol di RSUP Dr Sardjito untuk kesembuhan. Bukan perkara mudah karena putrinya dalam proses masuk BPJS, dan saat ini masih menggunakan Bapel Jamkesos DIY. Jadi harus mengikuti alur untuk bisa mendapatkan pelayanan.

Selain itu, dengan pekerjaan tidak menentu, dirinya harus menyisihkan uang untuk biaya transportasi. "Jika kontrol saya berangkat subuh karena mengurus Jamkesos (Bapel Jamkesos DIY) harus ke RSUD hingga di Sardjito. Kata dokter, anak saya bisa sembuh dan normal asal pengobatannya rutin," ucap Hadi.

Kepala Desa Semanu Andang Yunanto mengatakan, pihaknya sudah berupaya agar keluarga kurang mampu ini tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang semestinya. Salah satunya dengan mengupayakan agar Divsa bisa masuk tanggungan BPJS.

Pemerintah desa bekerja sama dengan instansi terkait agar Divsa segera mendapatkan penanganan pengobatan. "Saat ini masih menggunakan Jamkesos menunggu entry data," kata Andang.

Kompas TV Pembagian obat dilakukan karena angka penderita kaki gajah tergolong tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com