Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Replika Tengkorak Manusia Purba Sangiran Dipamerkan di Gorontalo

Kompas.com - 20/10/2017, 15:23 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com  - Tiga tengkorak manusia purba dalam kaca dilihati sejumlah siswa MI Al Ishlah.

Mereka dengan teliti mengamati bentuk tengkorak sambil bertanya-tanya pada Ath Thur Fithri, staf Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.

“Ini adalah replika fosil tengkorak manusia purba,” kata Ath Thur Fitri, Jumat (20/10/2017).

Bersama tengkorak ini juga dipamerkan artefak lain seperti alat serpih, bola batu dan alat tulang yang ditemukan di Situs Sangiran.

Sangiran adalah situs manusia purba terlengkap di dunia yang juga menyimpan bukti peradaban sekitar 2 juta tahun silam.

“Temuan perkakas homo erectus menunjukkan adanya peradaban manusia pada lapisan tanah yang berusia 1,2 juta tahun lalu,” jelas Ath Thur Fithri.

Ath Thur Fithri memaparkan, homo erectus adalah spesies pertama yang mampu bermigrasi dan beradaptasi pada iklim plestosen ke berbagai belahan dunia sejak 1,8 juta silam.

Jejak homo erectus ditemukan di Afrika timur, Eropa, hingga Asia termasuk di Indonesia.

Baca juga: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Teliti Fosil Gajah Purba di Grobogan

Tiga tengkorak yang dipamerkan dalam pameran cagar budaya rumah adat Dulohupa, Kota Gorontalo, ini adalah jenis homo erectur arkaik, homo erectus tipis dan homo erectus progresif.

“Tiga jenis ini menunjukkan 3 tingkatan evolutif berdasarkan perkembangan volume otak dan data kuantitatif temuan fosil tengkorak lainnya,” jelas Ath Thur Fithri.

Spesies manusia purba ini punah sekitar 150.000 tahun silam dan digantikan spesies homo sapiens seperti manusia sekarang.

Baca juga: Jejak Manusia Purba di Gua Braholo Gunungkidul

Selain manusia purba, pameran yang dilaksanakan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo ini juga diisi koleksi artefak dan informasi masa prasejarah, Hindu Budha, Islam, dan kolonial.

Kompas TV Batu dengan permukaan datar dan berwarna kekuningan ini awalnya hanya dikira sebagai batu lempeng biasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com