Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehilangan Satu Kaki akibat Terpotong Gergaji Mesin, Miskan Butuh Kaki Palsu

Kompas.com - 04/08/2017, 16:12 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Miskan (45), warga Dusun Nguda, Desa Pagerukir, Kecamatan Sampung, Ponorogo, saat ini terpaksa harus menggunakan tongkat penyangga saat berjalan.

Semenjak kaki kanannya diamputasi akibat kecelakaan kerja, Miskan tak lagi menjalani pekerjaanya sebagai tukang pemotong kayu.

Kesehariannya, Miskan lebih banyak tinggal di rumah bersama ibu kandungnya, Bibit beserta anak semata wayangnya, Yenita Alifah (16).

Baca juga: Kecelakaan Kerja, Seorang Pekerja Asal China Meninggal di Kendari

Petaka yang menimpa Miskan bermula saat ia bersama tujuh rekannya menerima pekerjaan dari seorang warga untuk menebang pohon di kebun pribadi tak jauh dari rumahnya sebulan lalu.

Kebetulan, pohon-pohon yang ditebang berada di perbukitan yang curam. Kendati pohon yang ditebang berada di perbukitan, kondisi itu tak menciutkan nyali Miskan dan rekan-rekannya.

Satu persatu pohon digergaji hingga menjadi balokan. Namun, saat Miskan hendak menebang salah satu pohon yang masih berdiri, tiba-tiba pohon itu roboh hampir menimpa dirinya. Celakanya, gergaji mesin yang masih menyala mengenai kaki kanannya.

"Kejadiannya terjadi sangat cepat. Dan tiba-tiba gergaji mesin itu memotong kaki saya. Setelah itu saya langsung pingsan dan dilarikan ke rumah sakit Aisyiah Ponorogo dengan tubuh bersimbah darah," kata Miskan yang ditemui di rumahnya, Rabu (2/8/2017).

Setibanya di rumah sakit, tim medis memeriksa kondisi kaki kananya. Hasil pemeriksaan menunjukkan hampir seluruh urat yang ada di kaki terputus karena terkena tebasan gergaji mesin itu. Akhirnya, tim dokter memutuskan kaki kanan Miskan diamputasi.

Bagi Miskan, bekerja sebagai pemotong kayu sudah dilakoninya sejak masih bujang. Berbagai kecelakaan kerja acap kali menimpanya. Hanya saja, kecelakaan kerja kali ini yang terberat menerpanya lantaran Miskan harus kehilangan kaki kanannya.

“Kalau risiko kerja seperti ini kami yang menanggung sendiri. Berbeda kalau bekerja di perusahaan,” ujar Miskan.

Meski berisiko tinggi, Miskan selalu menjalaninya bila ada orang yang membutuhkan tenaganya. Pasalnya sebagai pemotong kayu, tidak setiap hari ia mendapatkan pesanan dari warga.

“Terkadang pekerjaan hanya ada sepekan sekali. Bahkan kalau sepi bisa sebulan sekali baru ada job untuk menebang pohon,” kata Miskan.

Menjadi pemotong kayu, Miskan hanya bermodalkan tenaga saja. Lantaran ketiadaan modal, Miskan harus menyewa gergaji mesin dari seorang juragan yang ada di desanya, sehingga hasil dari memotong kayu masih harus disisihkan untuk biaya membayar sewa mesin dan membeli solar.

Menurut Miskan, sebenarnya ia mendapatkan pendapatan yang tinggi dari pekerjaan borongan memotong kayu saat kecelakaan kerja menimpanya. Total upah yang didapatkan bersama rekannya sebesar Rp 9 juta.

"Mendapat pekerjaan yang besar seperti kemarin itu sangat jarang. Kadang bekerja sekali, tetapi sebulan kemudian tidak ada job lagi,” tutur Miskan.

Baca juga: Kecelakaan Kerja, Satu Pekerja Asal Tiongkok Tewas dan 4 Orang Luka

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com