MAJENE, KOMPAS.com - Langka dan tingginya harga garam berimbas pada pengusaha ikan kering. Mereka mengaku dilematis antara menjaga kualitas dan menutupi kerugian.
Yunus, salah satu pedagang ikan kering lintas provinsi di Polewali Mandar mengatakan, sejak harga garam melambung, banyak pedagang mengurangi jumlah produksi ikan kering. Sedangkan ikan kering yang mereka buatpun kualitasnya tidak bagus.
"Ikan keringnya gampang membusuk dan kualitas warna dan rasanya berbeda lantaran kekurangan garam," ujarnya, Kamis (3/8/2017).
Para pengusaha, sambung Yunus, dilematis. Jika memberi porsi garam seperti biasanya, maka pengusaha akan merugi. Namun, jika garam dikurangi, akan berpengaruh terhadap kualitas ikan kering.
(Baca juga: Kegetiran Petani Garam, Cerita Usang tak Berujung...)
“Digarami sesuai porsi selama ini jelas merugi. Sementara (kalau) dikurangi membuat kualitas ikan kering buruk dan busuk,” ucapnya.
Selain ikan kering, harga ikan pun melambung tinggi. Hal ini disebabkan buruknya cuaca di perairan Teluk Mandar, Majene, Sulawesi Barat. Akibatnya, nelayan berhenti melautn sehingga pasokan ikan di pasaran menipis.
“Sejak nelayan tidak melaut apalagi harga garam mahal harga ikan semakin mahal. Pasokannya juga memang kurang,” jelas Abd Azis, pedagang ikan di Majene.
Dalam kondisi normal harga ikan cakalang ukuran sedang, Rp 10.000 per ekor, naik menjadi Rp 25.000 per ekor.
Begitupun dengan ikan layang ukuran kecil, naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 7.000. Para pedagang pun mengeluhkan omzet penjualan mereka yang mencapai 50 persen.