Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Bangkai Kapal di Dasar Teluk Gorontalo

Kompas.com - 21/06/2017, 13:28 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com - Bangkai kapal yang tertelungkup di dasar teluk Gorontalo hingga kini masih menjadi misteri. Diperkirakan, bangkai kapal yang patah ini berasal dari masa pra-kemerdekaan Indonesia atau masa perang dunia kedua.

Tim arkeologi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo yang sudah melakukan penelitian pengembangan hingga kini belum mampu menjawab keberadaan kapal uap ini.

“Kami berupaya mengungkap identitas kapal dengan melakukan penyelaman selama 9 hari dengan melibatkan 7 arkeolog. Salah satunya dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Ini penelitian yang kedua,” kata Faiz, Humas BPCB Gorontalo, Kamis (21/6/2017).

Informasi awal yang dihimpun menyebutkan, bangkai kapal tersebut merupakan kapal kargo Jepang yang bernama Kyosei Maru atau Kosei Maru.

Namun hasil penelitian Tim Pemetaan dan Dokumentasi Potensi Cagar Budaya Bawah Air (BPCB) Gorontalo menyebutkan, kapal tersebut tidak tenggelam di perairan Gorontalo, namun di Kepulauan Pasifik.

(Baca juga: Inilah 5 Penemuan Muslim Paling Penting dalam Sejarah)

Terdapat 2 nama kapal Kyosei Maru. Pertama, Kyosei Maru yang tenggelam sekitar tahun 1924.

Kapal tersebut merupakan kapal kargo uap yang dibuat tahun 1897 oleh perusahaan dari Sunderland, Inggris. Kapal ini dilaporkan tenggelam pada 6 januari 1924 di perairan Pasifik.

kedua, Kyosei Maru yang dibuat tahun 1938 dan tenggelam tahun 1944. Kapal perang kekaisaran Jepang ini tenggelam terkena torpedo dalam pertempuran di Pasifik pada 22 Februari 1944.

Melihat data tersebut, pihaknya menduga kapal ini adalah Kyosei Maru atau Kosei Maru terbantahkan.

“Ada dugaan bangkai kapal ini adalah kapal  yang ditenggelamkan Vernielingscorps  atau pasukan bumi hangus bentukan Asisten Residen Gorontalo saat itu, Beny Corn,” tutur Faiz.

Vernielingscorps ini dibentuk untuk menghancurkan semua aset penting agar tidak jatuh ke tangan tentara Jepang yang saat itu sudah menguasai Manado.

Kondisi lingkungan bangkai kapal ini sangat dipengaruhi limpahan air Sungai Bone dan Bolango, sekitar situs didominasi pasir dan terumbu sea fans dan sponges.

“Area kontur dasar laut letak struktur kapal merupakan drop off yang mencapai lebih 60 derajat dengan slope rata-rata 15 sampai 45 derajat,” jelas Faiz.

(Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Sabun)

Buritan kapal ini berada di kedalaman 28 sampai 30 meter. Buritan ini dalam kondisi baik, terdapat baling-baling.

Struktur reruntuhannya sendiri mencapai panjang 52 meter dan lebar 12 meter dengan posisi kapal terbalik serta arah hadap kapal yang melintang ke barat laut.

Di kedalaman 42 sampai 45 meter terdapat  lambung depan yang pecah menjadi beberapa bagian, dan pada kedalaman 54 meter terdapat haluan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com