Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tolong Terima Surat Cinta Saya Ini"

Kompas.com - 10/06/2017, 08:52 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Nilai ujian dengan angka tinggi, bagi sebagian orang, masih menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pendidikan. Karena hal ini, beberapa waktu lalu, seorang siswi SMP di Klaten bunuh diri setelah dimarahi orangtuanya. 

Untuk menumbuhkan semangat orangtua dalam mengembangkan bakat dan kemampuan siswa, Suwarsana, Kepala SD Mutiara Persada, Sumberan, Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY, melakukan hal yang tidak biasa. 

Ia menulis surat cinta pada 69 orangtua murid kelas VI di SD yang dipimpinnya. Intinya, nilai bukanlah segalanya. Berikut penggalan isi surat cinta sang kepala sekolah: 

"Bersama surat ini kami sampaikan bahwa Ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu Anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam ujiannya. Tapi, mohon diingat, di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman, yang tidak perlu mengerti Matematika.  Ada calon pengusaha, yang tidak butuh pelajaran sejarah atau Sastra. Semoga surat ini bermanfaat dan dapat menyadarkan kita tentang sudut pandang terhadap anak-anak kita. Amin. Mohon maaf apabila kurang berkenan."

(Baca juga: Viral, Surat Cinta dari Kepala Sekolah untuk Wali Murid SD di Bantul

Suwarsana mengaku 'surat cinta' tersebut merupakan surat pribadinya untuk seluruh wali murid kelas VI saat pengumuman hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) tingkat SD.

"Sebelum saya sampaikan pengumuman tak kasih surat itu. Tolong terima surat cinta saya ini," katanya menyepertikan ucapannya kepada seluruh wali murid, Jumat (9/6/2017).

Suwarsana mengatakan, tak ada maksud lain dalam surat tersebut. Surat itu hanya berisi kata motivasi tersebut.

Hasil USBN yang diraih anak didik, baik itu baik maupun buruk, tidak bisa dijadikan patokan kesuksesan seseorang di masa yang akan datang. Banyak orang yang gagal dalam sekolahnya, justru lebih berhasil dalam kehidupannya.  

Karena setiap anak memiliki potensinya masing-masing. Potensi satu anak satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Perbedaan ini diharapkan bisa dipahami oleh para orangtua. Harapannya, agar orangtua bisa semakin menyayangi dan mendorong cita-cita anaknya.

"Mereka tetaplah anak-anak yang harus mendapatkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tua. Selain itu juga para orangtua akhirnya mau mengerti bahwa hasil UN bukanlah akhir dari segalanya," urainya.

Pun meski belum sukses nilai bagus atau bakatnya belum berkembang di SD, nantinya siswa bisa berkembang di jenjang berikutnya. 

"Saya harus ketemu dengan orangtua pada saat pengumuman kelulusan dalam rangka silaturohmi, dan sebagai bentuk tanggung jawab sekolah. Juga menjelaskan kalau sekolah dan guru sudah berjuang, berusaha dengan berbagai strategi mewujudkan nilai yang bagus dan lulus 100 persen, walaupun hasil belum maksimal," tuturnya.

Mengembangkan Potensi

Suwarsana mengatakan, sekolah yang menjadi tanggung jawabnya berupaya mengembangkan pendidikan terkini, tetapi tetap memegang budaya. Para siswa bisa mengembangkan minat dan bakatnya sesuai dengan keinginan melalui ekstrakurikuler yang ada.

"Ada dua ekstrakurikuler wajib dan tidak wajib. Untuk yang tidak wajib, siswa bisa mengikuti sesuai dengan minat dan bakatnya, misalnya olahraga. Kami juga mengembangkan ekstrakurikuler wajib yakni IT. Siswa lulus harus bisa microsoft office, dan lainnya," kata pria yang tinggal di Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul.

(Baca juga: Viral Gardu Tol Salatiga, Wali Kota Akan Bangun Gardu Pandang)

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com