Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Denok dan Rambo Menanti Nama dari Menteri

Kompas.com - 10/02/2017, 13:11 WIB

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Tim Anoa Breeding Center di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado sedang menanti pemberian nama dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, terhadap anak sepasang anoa, Denok dan Rambo.

Denok dan Rambo adalah dua ekor anoa dari jenis dataran rendah, yang merupakan satwa endemik Sulawesi. Kedua satwa dilindungi tersebut adalah bagian dari 7 ekor anoa dalam program pelestarian exsitu Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.

“Bulan April 2016 kami menyatukan Denok dan Rambo, tidak lama setelah itu kami memeriksa kebuntingan. Pada 7 Februari lalu lahir,” kata drh Adven Simamora, dokter hewan yang menangani proses kelahiran, Kamis (9/2/2017).

Dengan hadirnya bayi anoa ini, koleksi satwa endemik Sulawesi di Anoa Breeding Center menjadi 8 ekor.

“Proses perkawinan hingga melahirkan secara alami, bukan inseminasi buatan,” ucap Adven.

Sementara itu, Humas Anoa Breeding Center Margaretha Christita, menambahkan Anoa yang ada di BP2LHK merupakan hasil sitaan dan pemberian dari masyarakat secara suka rela.

“Sebelumnya betina yang bernama Ana juga melahirkan namun sayang bayinya mati,” kata dia.

Denok dan Rambo selama ini hidup dalam kandang semialami, berbeda dengan sebelumnya yang berada dalam sekat-sekat sempit.

Saat ini Anoa Breeding Center sedang menampung usulan nama dari masyarakat untuk bayi anoa yang lucu itu.

“Kami hanya menampung usulan nama, rencananya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang akan meresmikan nama bayi anoa ini,” jelas Margaretha.

Kelahiran anak anoa ini disambut gembira oleh pemerhati konservasi di Sulawesi Utara. Pasalnya, anoa yang dilindungi sesuai dengan Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya itu digolongkan sebagai satwa terancam punah sebagai mana dalam daftar Red List of Threatened Animal IUCN dan masuk dalam Apendix I CITES.

Kepala BKSDA Sulut Agustinus Rantelembang menyebutkan, jika upaya pelestarian anoa ini berhasil, individu anoa satu saat bisa dikembalikan ke habitat aslinya.

"Keberadaan satwa kunci merupakan indikator suatu kawasan. Jika kawasannya utuh, satwa kuncinya pasti relatif baik. Namun jika kawasannya terdegradasi satwa kuncinya pasti terancam," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com