Gubernur Jateng: Hati-hati Saat Berkomentar di Media Sosial

SEMARANG, KOMPAS.com — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam berkomentar di ruang publik, ataupun di media sosial. Jangan sampai komentar justru menimbulkan kehebohan.

“Yuk kita hati-hati. Saya lihat di TV, katanya anggota DPR RI bilang penangkapan (terduga teroris) ini karena pengalihan isu, ini kalau bomnya meledak beneran bagaimana?” kata Ganjar, di Semarang, Sabtu (17/12/2016).

Ganjar mengatakan, semua warga negara harus berpikir jernih ketika berkomentar di media sosial agar yang ditulis tidak memunculkan kecerobohan.

“Maksudnya tidak boleh agak ceroboh, ini memang harus hati-hati dalam berkomentar,” ucapnya.

Dalam menekan aksi teroris, Ganjar menekankan bahwa membangun wilayah juga harus disertai pembangunan mental. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengajak tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk melakukan proses deradikalisasi.

“Makanya, kita tidak membangun fisik, Jateng jadi benteng Pancasila itu serius. Tokoh agama, pendidikan dilibatkan semua, kita nanti minta bantuan deradikalisasi,” imbuhnya lagi.

Sebelumnya, Bareskrim Polri memanggil anggota DPR RI, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, untuk dimintai keterangan terkait pemberitaan di media online.

Eko dinilai menyebut pengungkapan bom Bekasi merupakan pengalihan isu kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Namun, pernyataan pengalihan isu dibantah politisi Partai Amanat Nasional tersebut. Dia merasa tidak pernah diwawancara media soal itu. "Ada tujuh media online yang buat saya imaginer, mengarang bebas," ujar Eko.