Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepian Hidup Antarkan Dwi Nugroho Jadi Pemuda Pelopor Jateng

Kompas.com - 28/10/2016, 16:03 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Sosoknya terlihat berbeda dengan yang lain. Tinggi, kurus dan berambut gimbal.

Tak ayal pemuda ini menjadi perhatian peserta dan undangan upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda tingkat Provinsi Jawa Tengah di lapangan dr Soepardi, Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2016).

Dia adalah Dwi Nugroho (22) asal Kabupaten Purbalingga, salah satu penerima penghargaan Pemuda Pelopor tingkat Jawa Tengah oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko.

Dwi menjadi pemuda pelopor katagori pemuda pelopor pariwisata, sosial budaya dan bela negara.

Dwi dianggap telah mampu mengangkat budaya lokal dan bisa memberdayakan para pemuda serta anak-anak putus sekolah di lingkungannya dengan mengenalkan seni budaya, wisata, pendidikan dan ketrampilan.

Pemuda kelahiran 12 Agustus 1994 itu menceritakan apa yang diraihnya saat ini adalah hasil dari proses panjang pencarian jati diri dan teman kehidupan.

Sejak lahir, Dwi hidup tanpa orang tua kandung. Sang ibu pergi meninggalkan Dwi tanpa diketahui rimbanya. Sedangkan ayahnya sudah meninggal dan dimakamkan di Yogyakarta.

"Dari kecil saya tidak mengenal siapa orangtua saya. Ibu pergi entah kemana. Ayah hanya pernah sekali komunikasi melalui telepon, kemudian 'bertemu' dengan beliau dengan nama yang sudah tertulis di batu nisan," kisah Dwi kepada Kompas.com, usai upacara.

Dwi beruntung, ada wanita yang ia panggil Mamak, yang bersedia dengan ikhlas dan penuh kasih sayang merawatnya hingga saat ini.

Hidup Dwi bersama Mamaknya begitu sederhana, tinggal di Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga.

Sekitar tahun 1999, Dwi merasa begitu kesepian dengan hidupnya. Ia tidak memiliki saudara kandung.

Bahkan ia mengakui pernah terjerumus di dunia kenakalan remaja saat duduk di bangku SMA. Namun Dwi mampu bangkit karena ia menyimpan mimpi untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

"Berawal dari keadaan diri saya, yang sendirian tanpa orangtua tapi saya punya mimpi dan imajinasi yang harus saya wujudkan," katanya.

Dirikan sanggar

Tahun 2011, Dwi mulai membentuk kelompok musik beraliran Reggae bersama beberapa sahabatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com