Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aku yang Pernah Dipenjara 6 Bulan di Kanada...

Kompas.com - 15/09/2016, 07:23 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BERAU, KOMPAS.com - Raut muka Victor Sondakh (34) terlihat segar dan tenang di balik tubuhnya yang kecil.

Victor tidak risih mengenakan baju lengan pendek, yang memperlihatkan kulit di sekujur lengan tangannya yang tidak mulus dan banyak sekali bekas bintik.

"(Bintik) ini semua bekas suntik (narkotika)," kata Victor asal Bogor, Jawa Barat, salah satu pegiat antinarkotika dari Gerakan Mencegah daripada Mengobati (GMDM).

Selama hampir separuh hidupnya, Victor menghabiskan hari-hari dengan narkotika. Ia mengenal narkotika pertama kali di 1996. Putaw yang dibelinya seharga Rp 20.000 saat itu memerangkap hidupnya.

Sejak itu, seluruh hidupnya berantakan. Kuliah di teknik mesin berhenti tak sampai setahun. Sekolah di Australia pupus. Bahkan kuliah di Kanada berakhir di penjara.

"Saya pernah dipenjara selama 6 bulan di sana," kata Victor.

Tak lama keluar dari penjara, ia tertangkap lagi dan dideportasi pada 2010.

"Semua karena menjebol bank, 30 ATM kosong. Uang cash 5.000 dollar Amerika. Saya dan teman seapartemen menguras ATM, kartu kredit, sampai cash. Semua untuk beli narkoba di sana," kata Victor.

Sepulang ke Indonesia, kehancuran hidupnya belum berhenti. Ia menikah dan memiliki seorang anak perempuan di 2011.

Bahter rumah tangganya tak berlangsung lama. Mereka bercerai di 2012. Perjalanan hidupnya banyak dihiasi dengan masuk dan keluar tempat rehabilitasi.

Delapan pusat rehabilitasi pernah merawatnya, seperti Bina Kasih, Slank, Anak Panah, RSPAD Gatot Soebroto. Belum lagi akibat gonta-ganti jarum suntik, ia kini mengidap virus HIV. Nyawanya nyaris melayang lantaran beberapa kali mengalami sakit parah.

"Sakit paru-paru pernah. Dua kali mengalami stroke pernah. ODA (orang dengan HIV/AIDS, red) seperti saya menggantungkan hidup dari obat yang meningkatkan ketahanan tubuh. Suatu kali stop minum obat, sakit yang parah langsung datang," kata Victor.

Perjalanannya keluar dari narkotika begitu sulit dan nyaris menemui jalan buntu. Ia mengaku hampir tak menemukan tempat yang bisa membantu dirinya keluar dari ketergantungan pada narkotika.

Semua itu berakhir ketika ia bergabung dalam organisasi nirlaba GMDM di Jakarta. Victor masuk komunitas GMDM pada 2013 dan menjalani pemulihan di sana.

"Yang paling diinginkan orang-orang seperti kami ini adalah bertemu teman sekomunitas, yang bisa saling terbuka, menguatkan, dan memberi semangat. Di sini (GMDM) saya menemukan tempat yang saya cari," kata Victor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com