Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahun-tahun Warga Magetan Rasakan Dampak Buruk Hujan Abu Pabrik Gula

Kompas.com - 07/09/2016, 19:21 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MAGETAN, KOMPAS.com - Laju produksi penggilingan tebu menjadi gula di Pabrik Gula (PG) Purwodadi PT Perkebunan XI Magetan, Jawa Timur, berdampak buruk pada kesehatan warga yang bermukim tak jauh dari pabrik tersebut.

Warga Manisrejo, Kecamatan Karang Rejo, Kabupaten Magetan, mengeluhkan gatal-gatal di sekujur tubuh dan sesak napas dalam tiga bulan terakhir akibat hujan abu hitam yang bersumber dari cerobong asap pabrik gula saat musim giling tiba.

"Saat musim giling tiba, hujan abu sering mengguyur rumah kami. Abu itu berasal dari cerobong asap pabrik membuat kami sesak nafas, batuk hingga gatal-gatal," ujar Yayuk Indrayani, ibu rumah tangga di RT 3/RW 3, Manisrejo, Rabu (7/9/2016) siang.

Yayuk mengisahkan, gangguan kesehatan akibat abu dari pabrik gula itu sudah terjadi bertahun-tahun.

Kepada Kompas.com, Yayuk menunjukkan salah satu plafon rumahnya yang jebol akibat tumpukan abu yang masuk melalui atap rumahnya.

Ia harus sering membersihkan lantai di dalam rumahnya karena abu masuk melalui plafon yang jebol.

"Kami berharap abu yang keluar dari cerobong asap PG Purwodadi tidak ada lagi sehingga udara di lingkungan kami bersih dan kami tidak mengalami gangguan kesehatan lagi," kata dia.

Hal yang sama dialami oleh Mulyadi, yang tinggal berdekatan di Manisrejo. Pria setengah baya itu merasakan gangguan hujan abu tersebut sejak 1990.

"Kami merasa terganggu lantaran hujan abu dari cerobong asap PG Purwodadi selain mengganggu kesehatan juga merusak atap rumah," ujar Mulyadi.

Ia mendapatkan informasi bahwa dua desa tetangganya juga terkena dampak abu pabrik gula. Hal itu mengganggu kesehatan dan menimbulkan kerusakan rumah warga.

Menurut Mulyadi, abu yang masuk ke dalam mata tidak bisa hilang dengan dicuci air biasa. Ada cara khusus agar sisa pembakaran itu benar-benar hilang.

Ia menyebutkan, warga setempat sudah berulang kali menyampaikan persoalan itu kepada pengelola PG Purwodadi. Namun, sampai saat ini belum mendapatkan tanggapan serius dari mereka.

Warga lainnya, Hendro Prayitno, menyatakan sudah menyampaikan persoalan hujan abu yang berasal dari PG Purwodadi ke Kementerian Lingkungan Hidup. Setali tiga uang, tidak ada tindak lanjut dari kementerian.

"Jawabannya hanya disampaikan, 'Terima kasih Anda telah membantu menginformasikan ke kementerian'," ujar Hendro.

Kepala Seksi Sumber Daya Manusia dan Bagian Umum PG Purwodadi PT Perkebunan XI Agus Tjahyono mengatakan, pihaknya sudah memasang alat khusus untuk mengurangi semburan debu dari cerobong asap.

"Kami sudah berinvestasi alat bernama dust collector agar abu dari cerobong asap tak sampai ke rumah warga," kata Agus.

Tentang hujan abu yang masih dirasakan warga, Agus mengatakan bahwa hal itu persoalan teknis yang harus dijelaskan bagian teknis.

Mengenai kompensasi, kata Agus, pihaknya sudah banyak memberikan santunan hingga pasar murah menjelang Lebaran. PG Purwodadi juga merekrut banyak warga setempat menjadi karyawan perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com