Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Cepat Jadi TKI, Warga Kerap Pilih Jalur Ilegal

Kompas.com - 16/08/2016, 23:38 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Ratusan warga Pamekasan, Madura, yang menjadi buruh migran di Malaysia lebih banyak memilih jalur ilegal ketimbang mengikuti prosedur resmi.

Buruh migran memilih lewat jalur yang penuh risiko karena terpengaruh bujuk rayu tekong dan ingin cepat sampai di negeri tempat tujuan.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti pada 2011, jumlah buruh migran resmi sebanyak 519 orang. Pada 2012 turun menjadi 151 orang, pada 2013, turun menjadi 41 orang.

Pada 2014, naik sedikit menjadi 64 orang. Selanjutnya pada 2015 turun lagi menjadi sembilan orang dan hingga pertengahan Agustus 2016 ini, hanya tersisa tiga orang.

Kepala Bidang Penempatan Pelatihan dan Perluasan Produktivitas Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pamekasan, Supardi, mengatakan hanya tiga orang yang mengurus izin resmi menjadi buruh migran di bulan Agustus tahun ini untuk berangkat ke Malaysia.

Padahal, jumlah buruh migran yang bekerja di luar negeri saat ini ratusan orang dan kian tahun kian meningkat.

“Mereka ingin menjadi TKI dengan cara instan lewat jalur ilegal. Mereka tidak sabar kalau melalui prosedur resmi, karena harus melewati proses, di antaranya mengikuti pelatihan keterampilan,” kata Supardi, Selasa (16/8/2016).

Buruh migran, lanjutnya, tak sabar menunggu proses pemberangkatan. Mereka juga terpengaruh bujuk rayu para tekong yang sanggup memberangkatkan mereka lebih cepat.

Supardi mengatakan, pemerintah sudah seringkali memberikan sosialisasi ke sejumlah daerah kantong-kantong buruh migran di Pamekasan, mengimbau calon buruh migran agar mengikuti jalur resmi.

Sosialisasi yang diberikan itu menyangkut keuntungan menempuh jalur resmi, seperti keamanan, ketenangan dan pekerjaan yang dikerjakan buruh migran.


Berita ini telah tayang di Surya, Selasa (16/8/2016), dengan judul: Ingin Cepat Jadi Buruh Migran, Warga Pamekasan Pilih Jalur Ilegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com