Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengadu ke Menteri Susi, Nelayan Asal Kupang ini Menangis

Kompas.com - 12/06/2016, 21:22 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Zainudin, nelayan asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menangis tersedu saat diberikan kesempatan berdialog dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti di Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau Kupang, Minggu (12/6/2016).

Di hadapan Menteri Susi, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Bupati Kupang Ayub Titu Eki, dan puluhan perwakilan kelompok nelayan, Zainudin mengaku terharu bisa mengungkapkan isi hatinya di hadapan sang menteri.

“Ini waktu yang saya tunggu-tunggu dari dulu, karena selama ini keluhan kami nelayan kecil ini tidak pernah digubris. Kita selama ini sudah sering dibohongi oleh sejumlah pihak. Saya merasa tidak puas dengan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan NTT setiap ada masalah atau bantuan apapun dari pemerintah pusat, kami tidak pernah dilibatkan,” kata Zainudin.

“Tadi sempat Ibu Menteri berencana memberikan bantuan kapal kepada kami para nelayan di NTT. Menurut saya itu percuma saja Bu karena kita lihat sudah ada empat unit kapal bantuan yang sudah ada dengan harga masing-masing Rp 1,7 miliar tapi itu semua terbengkalai,” sambungnya.

Parahnya lagi, sebut Zainudin, nelayan yang menerima bantuan kapal adalah orang-orang yang itu-itu saja. Ia mengaku bisa membuktikan fakta tersebut.

Selama ini, lanjut dia, dirinya ingin menyampaikan isi hatinya tapi tetap tidak bisa karena tidak ada kesempatan sehingga baginya ini adalah kesempatan emas.

Zainudin juga mengaku, sebelum kegiatan kunjungan menteri Susi ke Kupang, ada sejumlah pihak yang melarang dirinya untuk menyampaikan keluhan kepada menteri, akan tetap dirinya tidak peduli dan tetap ingin menyampaikan keluhannya itu.

“Kami juga minta tolong ke ibu Menteri karena di daerah kami ini terlalu banyak masalah di laut yakni ada kapal dari luar NTT datang dan menangkap ikan seenaknya di perairan NTT dan kami kemarin sempat tangkap mereka dan dibawa ke DKP NTT untuk diproses sampai tuntas, namun tetap saja kapal itu akhirnya dibebaskan dengan alasan tidak bisa menjerat dengan pasal tertentu,” kata dia.

“Karena kami tidak lagi percaya dengan petugas dari DKP NTT, maka kami minta Ibu menteri untuk memberikan nomor telepon, agar kami bisa menghubungi Ibu langsung,” tambahnya.

Terkait keluhan dari Zainudin, Menteri Susi pun langsung merespons dengan memberikan nomor telepon miliknya dan juga satuan tugas (satgas) yang telah dibentuknya.

“Saya akan kasih nomor saya kepada bapak untuk bisa dihubungi melalui pesan singkat bilamana ada persoalan dan nanti juga ke satgas kami,”jelas Susi sambil menyebut nomor telepon genggamnya.

Menurut Susi, persoalan seperti yang dialami nelayan ini bukan hanya saja terjadi di Kupang tetapi juga terjadi di tempat lain.

“Saya pernah melaut di daerah Jembrana, Bali dengan menggunakan kapal-kapal yang antik, d iantara 130 kapal antik yang berlayar, ada satu kapal modern yang ikut berlayar. Kapal itu adalah kapal bantuan dari Kementerian kami dan usianya baru dua tahun. Ini kapal modern malah tenggelam, sementara kapal kapal tua yang antik itu masih terus berlayar,” beber Susi.

“Saya mengakui bahwa bantuan ini tidak maksimal karena kualitas dan penerimanya bukan nelayan. Banyak mismanajemen yang lama dan saya mengerti kesulitan itu akan ada dalam penyaluran program bantuan ini,” lanjutnya.

Sedangkan terkait dengan keluhan soal kapal kapal dari Jawa yang beroperasi pada 12 mil laut wilayah NTT, hal itu kata Susi mestinya hal tersebut tidak dibenarkan. Menurut Susi, jika kapal tersebut beroperasi di wilayah NTT, seharusnya bongkar muat ikan di wilayah NTT juga karena sudah ada pembagian wilayah untuk setiap Provinsi di Indonesia.

“Tidak mungkin saya kasih izin untuk kapal asal Jawa beroperasi di pesisir teluk Kupang dan seharusnya kapal yang sudah ditangkap akan kita proses dan bilamana masih ada yang belum dibuat, maka Bapak (Zainudin) kirim pesan singkat ke saya dan juga ke satgas,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com