Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Depan Nelayan Jembrana, Menteri Susi Jelaskan soal Penangkapan Lobster

Kompas.com - 04/06/2016, 17:37 WIB
Kontributor Denpasar, Sri Lestari

Penulis

JEMBRANA,KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Susi Pudjiastuti menemui nelayan di Kabupaten Jembrana, Bali, untuk melakukan dialog di saat musim melaut.

Dalam ajang dialog yang dilakukan di Pelabuhan Ikan Pengambengan, Jembarana, ini, para nelayan sempat mempertanyakan kebijakan pelarangan penangkapan lobster bertelur sesuai Pasal 2 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan.

Menteri Susi pun memberikan penjelasan secara bijak.

"Dulu sepuluh tahun lalu, saya dikirimi lobster dari Bali satu ton per hari. Sekarang ini seluruh Bali dua kwintal saja per hari tidak ada. Seluruh Bali lho ini, kalau dulu saat musim, sampai tiga ton per harinya," kata Susi, Sabtu(4/6/2016).

Baca juga: Protes Kebijakan Menteri Susi, Nelayan Lobster Bentrok dengan Polisi

Susi juga menjelaskan bahwa lobster akan menguntungkan jika dipanen dengan kondisi bobot yang besar. Selain harganya mahal, lobster punya kesempatan bertelur dengan jumlahnya ribuan.

"Tunggu saja sampai besar, tidak usah diambil telurnya, malah susah merawat, kasih makan, lha malah cari kerjaan. Biarkan sudah, Tuhan yang kasih makan, biarkan sampai besar, lobster tidak akan pindah semua, walaupun ada yang migran ke tempat lain," jelasnya.

Susi menjelaskan, lobster yang bobot dua ons itu sudah bisa bertelur. Jika sudah bertelur maka telurnya juga akan berkembang di tempat tersebut.

Menurut Susi, satu ekor lobster bisa bertelur dari 100.000 hingga 200.000 telur, dan jika dibiarkan hingga dua bulan, maka jumlahnya akan mencapai dua ton, termasuk yang gagal jadi lobster.

Dalam kesempatan ini, Menteri Susi juga memberikan bantuan secara simbolis berupa 15 unit GPS sebagai sarana penangkapan ikan dengan total nilai Rp 46,9 juta, serta 436 kartu nelayan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com