Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Tenggelam, Kapal Sritanjung Karam karena Faktor Alam

Kompas.com - 10/06/2016, 00:15 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - PT Pelayaran Banyuwangi Sejati (PBS) selaku operator kapal LCT Sritanjung 1 menyatakan bahwa kapal yang berhenti beroperasi sejak Oktober 2015 lalu tersebut bukan tenggelam, melainkan karam karena faktor alam.

"Kapal tidak sedang berlayar, tapi beching sekitar dua bulan di Pantai Bulusan. Selain itu tidak semua bagian kapal yang masuk ke dalam laut, hanya bagian buritan, sedangkan anjungan tidak," jelas Wahyudi selaku Direktur Utama PT PBS kepada Kompas.com, Kamis (9/6/2016).

Ia mengatakan bahwa kondisi kapal tidak dalam keadaan bocor. Namun, ombak besar di sekitar Selat Bali mengakibatkan air laut masuk ke dalam kapal sehingga ada rembesan dan jumlah air yang masuk semakin banyak.

Petugas PT PBS sempat melakukan pengurasan, tapi volume air yang masuk semakin bertambah sehingga kapal miring dan bagian buritan karam.

Menurut Wahyudi, sejak Kamis pagi, operator kapal sudah mendatangkan alat-alat untuk menarik kapal ke daratan untuk diperbaiki.

"Kami menargetkan maksimal Jumat pagi kapal sudah di darat dan kondisi mesin kapal masih bagus nanti dicek sama mekanik," jelasnya.

PT PBS menjadi operator kapal LCT Sritanjung sejak tahun 2012 dengan pendapatan mencapai Rp 600 juta per tahun.

Kapal LCT Sritanjung 1 akan diparkir di Pantai Bulusan Banyuwangi sampai batas waktu tidak terbatas.

Menurut Wahyudi, saat ini ada 28 orang yang masih berstatus sebagai pekerja di kapal LCT Sritanjung 1 dan perusahaan masih belum berniat merumahkan mereka.

Kapal LCT Sritanjung 1 tidak beroperasi karena Kementerian Perhu­bu­ngan RI melarang operasional semua kapal jenis LCT di penyeberangan Selat Bali sejak tahun 2015. Selain itu, izin kelayakan kapal tersebut sudah habis.

Manajemen PT PBS telah membicarakan opsi-opsi terkait keberadaan kapal LCT Sritanjung dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, antara lain peremajaan kapal, bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menyewa kapal lain atau pembelian kapal baru.

"Jika peremajaan membutuhkan waktu sekitar 1 tahun dan tentu biaya operasionalnya cukup tinggi. Yang pasti LCT Sritanjung 1 sudah tidak bisa digunakan lagi," kata Wahyu.

Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten Banyuwangi Nur Agus Suharto menegaskan, secara bisnis kapal LCT Sritanjung 1 menguntungkan. Hanya saja pada setahun terakhir hasilnya tidak sesuai dengan target.

"Masih ada kemungkinan lain dan keputusan terkait keberadaan kapal Sritanjung 1 masih dalam kajian. Semoga secepatnya tidak harus menunggu tahun depan," jelas Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com