YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tak lelah Nasirun terus berlari menjelajah wilayah-wilayah dan sudut-sudut kreativitas dan estetika. Bahkan, kini perupa Yogyakarta ini mencoba merengkuh keanekaragaman kreativitas dan seni, pun makna dan arti, untuk dipertunjukkan kepada publik.
Bertempat di Sportorium di Kompleks Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Nasirun menggelar pameran tunggal kolosal dan masif dengan tajuk "Run: Embcracing Diversity", pada 29 Mei sampai 2 Juni.
Pameran yang akan dibuka pemilik PT Djarum Kudus, Mr Giok Hartono ini, seolah ingin membuktikan betapa Nasirun tak lelah berlari mengejar kreativitas dan menciptaan estetika, sekaligus mewujudkannya dalam karya.
Perupa yang disebut-sebut sebagai calon maestro baru Indonesia ini tak terjebak pada kesuksesan. Meski namanya sudah lama besar, dia tak lalu puas dan tenggelam dalam kenyamanan dan rutinitas dalam proses kreativitasnya.
Sebaliknya, dia justru terus berontak dan berlari mencari wilayah-wilayah dan pengalaman estetika baru. Tajuk "Run: Embracing Diversity" menyiratkan hal itu.
Kata "Run' bukan saja merujuk pada panggilannya, tapi juga bermakna sebagai berlari (run/Inggris). Ia ingin terus berlari dan tak hanya menuju satu arah, tapi berbagai arah, keanekaragaman (diversity).
Nasirun akan mengeluarkan 10 lukisan raksasa yang berukuran 3 x 24 meter, 3 x 20 meter, dan paling kecil 3 x 12 meter. Selain itu, dia juga memamerkan 8 duplikat sepeda moter besar Harley Davidson yang terbuat dari kayu yang penuh dengan lukisan.
Yang tak kalah sensasional adalah 26 mobil berbagai merek yang ia lukis. Ada juga lukisan di atas meja dan kursi kayu, selain juga dua buah gerobak yang di dalamnya terdapat puluhan patung berwajah Nasirun.
Nasirun juga mengekspresikan karya lukisnya pada 13 kano bekas, 43 patung kayu, juga 1110 helm yang digunakan pada Perang Dunia I dan II. Tak kalah menarik karya instalasi 150 pagupon (kandang merpati), selain dua karya berbentuk bola dunia dengan lukisan ornamentatif.
Seluruh karya yang dipamerkan itu ia persiapkan selama dua tahun dan sudah menjadi milik kolektor Agung Tobing. Perkawanannya dengan Agung Tobing selama 20 tahun ikut memacu kecepatan lari Nasirun menjelajahi berbagai wilayah dan beragam media estetika.
"Saya hanya ingin berperan dalam dunia seni sesuai kapasitas saya," kata Agung Tobing kepada Kompas.com suatu saat.
Dengan materi yang kolosal, masif, dan beragam itu, Nasirun seperti ingin menegaskan bahwa banyak wilayah kreativitas yang bisa dijelajahi perupa. Selain itu, seolah ada pesan bahwa keragaman seharusnya disikapi sebagai berkah dan anugerah, bukan sebagai sumber konflik atau perpecahan.
Nasirun seolah juga ingin membuktikan bahwa ada keindahan dan harmoni yang luar biasa dalam keragaman.
Di tengah masyarakat yang mudah bentrok karena perbedaan ini, pesan-pesan dalam pameran "Run: Embracing Diversity" ini menjadi semakin relevan, semakin membuka tabir bahwa perbedaan itu indah. (Hery Gaos)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.