Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kapal Slerek "Suami Istri" di Pelabuhan Ikan Muncar Banyuwangi

Kompas.com - 26/04/2016, 08:45 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Jika berkunjung ke Pelabuhan Ikan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, maka ada pemandangan khas di sepanjang pelabuhan terbesar kedua di Indonesia itu. Di sana terdapat ratusan kapal slerek yang berjajar.

Ridiyanto, salah satu nelayan Muncar, mengatakan, kapal slerek yang digunakan oleh para nelayan harus berpasangan. Masyarakat sekitar menyebut sepasang kapal itu sebagai "suami-istri".

Kapal slerek tersebut akan berlayar bersamaan. Salah satu kapal membawa jaring dan pasangannya membawa awak kapal yang berjumlah sekitar 30 orang. Harga sepasang kapal slerek bisa mencapai Rp 1 miliar.

"Kalau kapal yang jadi 'suami' di bagian atas ada tempat duduk untuk nakhoda. Istilah kita adalah juragan laut. Bentuk kapalnya lebih ramping. Juragan lautlah yang memimpin saat melakukan penangkapan ikan termasuk menentukan titik di mana jaring dilepas," kata Ridiyanto kepada Kompas.com, Selasa (26/4/2016).

Kapal "suami" tersebut juga digunakan untuk jaring, sedangkan kapal "istri" untuk meletakkan hasil tangkapan ikan.

Selain juragan laut, masyarakat Muncar juga mengenal istilah juragan darat yang membiayai pelayaran.

"Biasanya ada kerja sama antara juragan darat dan juragan laut," kata Ridiyanto.

Setiap kali berlayar, nelayan memerlukan biaya sekitar Rp 7 juta. Itu untuk membeli seribu liter solar dalam lima drum dan 200 balok es di dalam kapal.

Untuk menutupi pengeluaran itu, nelayan harus mendapatkan setidaknya 4 ton ikan.

"Kalau kurang dari 4 ton, kita rugi. Enggak nutut (sepadan) dengan biayanya," kata pria kelahiran 1976 tersebut.

Nelayan di Muncar paling banyak menangkap ikan lemuru dan ikan layang. Hasil tangkapan disetorkan ke perusahaan ikan di sekitar Pelabuhan Ikan Muncar. Harga jual ikan itu antara Rp 6.500 dan Rp 13.000 per kilogram.

Ridiayanto mengaku pernah mendapatkan ikan lemuru sampai 10 ton sekali berlayar. Biasanya, mereka melaut selama 20 hari dan 10 hari libur dalam satu bulan.

Setiap akan melaut, nelayan akan mengawali dengan membuat acara selamatan kecil-kecilan di rumah juragan laut atau juragan darat agar selama musim berlayar mereka mendapatkan keselamatan serta keberkahan. Selamatan tersebut dihadiri para awak kapal yang akan ikut berlayar.

"Para awak kapal bisa pindah ke kapal lain, tidak ada ikatan resmi. Semuanya dengan sistem kekeluargaan. Tapi biasanya diikat sama utang antara awak kapal dan juragan," ujar Ridiyanto.

Untuk menambah semangat dalam bekerja, Ridiyanto memasang hiasan serta foto keluarga di bagian atas kapal.

Ia juga menambahkan soundsystem untuk menghibur diri dengan musik selama perjalanan ke laut.

"Kalau soundsytem saya habis Rp 50 juta, biar meriah," kata Rudiyanto sambil tertawa lebar.

Saat ini ada sekitar 130-an kapal slerek yang masih beroperasi di Pelabuhan Muncar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com