Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evakuasi Korban PLTA Karo Hanya Bisa Pakai "Crane" dan Ember Sampah

Kompas.com - 25/02/2016, 09:30 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Lokasi kejadian yang berada di dalam terowongan membuat sulitnya proses evakuasi para korban kecelakaan kerja di proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Lokasi kejadian berada di kemiringan 360 derajat di atas permukaan tanah dengan kedalaman sekitar 40 hingga 46 meter atau sekitar 77 meter dari bendungan. Sedangkan luas (diameter) terowongan sekitar 4 meter.

Evakuasi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan crane (derek) dan bucket (ember) pengangkut sampah.

“Terowongannya bisa masuk mobil, sekitar segitulah luasnya. Sedangkan ledakan yang terjadi suaranya terdengar hingga 500 meter dari bawah terowongan sampai di atas (permukaan jalan)," kata Danil (29), salah seorang pekerja yang mengaku sebagai operator genset, Kamis (25/2/2016).

Hal serupa juga dikatakan salah seorang sekuriti yang tak ingin namanya di sebutkan. Dia bilang peristiwa itu terjadi begitu cepat. Tiba-tiba pekerja yang di atas terkejut karena beberapa korban dengan luka badan gosong sekujur tubuh muncul dari bawah terowongan. Mereka menaiki anak tangga yang terbuat dari besi untuk meminta pertolongan.

“Dari situlah kami langsung menolong mereka. Kalau enggak salah, Tommy salah satu anak Cibro minta tolong. Bapaknya mandor pekerja di terowongan ini. Semua korban berasal dari luar daerah, yaitu Tebing Tinggi, Sidikalang dan Binjai,” ungkapnya.

Im Sung Hun, selaku Civil Engineering didampingi Kapolres Karo AKBP Viktor Togi Tambunan mengatakan, musibah itu terjadi pada Rabu (24/2/2016) sekira pukul 08.40 WIB.

“Awalnya, ada asap dari genset. Lalu saya suruh matikan genset tersebut kepada operator. Selang beberapa menit keluar empat orang pekerja dari terowongan dengan luka bakar dan meminta tolong. Dari situ, saya dan pekerja lainnya langsung turun ke terowongan untuk menolong pekerja lainnya yang masih di terowongan,” ujar Im Su Hung, Kamis (25/2/2016).

Menurut Hung, pekerja terowongan ada 17 orang dengan rincian empat orang berada di atas dan sisanya, 13 orang di dalam terowongan untuk memasang mal (persiapan plagging) terowongan.

Sementara lampu di dalam terowongan hanya satu, kabel listrik dipasang di dinding dengan cara dipaku.

“Kondisi di dalam terowongan memang basah. Ada air setinggi lutut orang dewasa. Kami belum tahu apa penyebab kejadian itu. Yang saya tahu, korslet karena ada asap dari kabel genset,” kata Hung.

Diberitakan sebelumnya, kecelakaan kerja terjadi di proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang dikerjakan oleh PT Wampu Electric Power (WEP). Enam orang pekerja yang sedang bekerja di dalam terowongan dinyatakan tewas dan tujuh orang lainnnya kritis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com