Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Kantong Kresek "Dijual" Jadi Kerajinan Cantik

Kompas.com - 12/02/2016, 10:47 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com -  Kantong plastik kresek bekas merupakan sampah yang memiliki dampak paling 'mengerikan' bagi lingkungan. Sebab, butuh puluhan bahkan ratusan tahun sampah plastik dapat terurai dalam tanah.

Mengetahui hal itu, sekelompok ibu-ibu kampung Tidar Campur, Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, mencoba mengolah kembali sampah plastik kresek menjadi kerajinan dengan nilai jual dan seni yang tinggi.

Mereka mengkreasikan plasik kresek menjadi hiasan bunga cantik, bros, piring buah, tatakan piring, taplak meja, tas, dompet, gantungan kunci hingga tirai dan sebagainya.

Sudah dua tahun terakhir ibu-ibu yang menamakan diri Kelompok Soya Mekar itu menekuni kerajinan limbah plastik itu.

Suprihatin (50), Ketua Kelompok Soya Mekar, mengatakan, ide mengolahan limbah plastik dilatarbelakangi banyaknya sampah plastik yang berserakan di Kampung Tidar Campur. Lingkungan kampung menjadi kotor dan tidak nyaman.

"Sampah plastik itu tidak bisa membusuk di tanah, jadi kami berinisiatif untuk mengolahnya biar lebih bermanfaat," kata dia, Kamis (11/2/2016).

Menurut Suprihatin warga sebetulnya sudah membuat pengelolaan sampah dengan membangun bank sampah. Di bank sampah itu warga biasa menyetorkan sampah plastik, kertas, besi dan lainnya untuk kemudian ditukar dengan uang atau bahan-bahan sembako.

"Kalau kardus bekas, besi, kertas biasa kami jual lagi ke pengepul barang rongsokan, hasilnya buat kas. Sedangkan yang plastik kita olah lagi jadi kerajinan," kata dia.

Tidak sulit untuk mengolah sampah plastik menjadi kerajinan. Hanya butuh ketelatenan dan sedikit kreativitas, serta berlatih. 

Peralatan yang dibutuhkan sederhana, hanya berupa gunting, lem, jarum, benang, cutter, dan hiasan.

Selain sampah kantong plastik kresek, ada juga botol bekas air mineral, gelas bekas minuman ringan, bekas bungkus kopi, sabun dan makanan ringan, juga bisa dikreasikan menjadi kerajinan unik.

"Kerajinan-kerajinan ini lantas kami jual ke masyarakat dan anggota. Kami juga sering ikut pameran. Hasilnya penjualan kita simpan atau untuk beli bahan dan peralatan membuat kerajinan," kata dia.

Menurut dia, masyarakat sudah merasakan manfaat dari pengelolaan sampah ini. Selain lingkungan menjadi bersih, juga sebagai wadah pemberdayaan ibu-ibu Kampung Tidar Campur yang sebagian adalah ibu rumah tangga.

"Dari kegiatan ini sekaligus mengajarkan warga, terutama anak-anak, untuk hidup bersih. Anak-anak terbiasa menghemat penggunaan plastik, kalau liat sampah suka dipunguti lalu disetorkan ke bank sampah," ungkapnya.

Kampung yang menjadi sentra pengolahan tahu ini juga memiliki kebun tanaman organik serta pengolahan limbah tahu dan kotoran sapi menjadi sumber energi biogas.

Ketua RW Tidar Campur, Sugiarto, menambahkan pengolahan sampah ini menjadi pengelohan sampah ini menjadi upaya mendukung program pemerintah Kota Magelang untuk meraih penghargaan Adipura.

"Manfaatnya banyak yang kami rasakan, utamanya untuk pemberdayaan ibu-ibu dan menjaga kebersihan lingkungan," kata Sugiarto.

Ke depan, kampung Tidar Campur juga akan dikembangkan menjadi kampung jamu dan lidah buaya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com