Selain itu, pihak keluarga berharap Dubes Indonesia di Malaysia, mengadvokasi kasus pembunuhan itu hingga pelaku diseret ke meja hijau.
Edi diduga dibunuh rekan kerjanya di kawasan Cyberjaya Malaysia pada 23 Januari 2016. Jenazah Edi tiba di Aceh dan dimakamkan di kampung halamannya Rabu (27/1/2016).
Salah seorang keluarga almarhum, Idham Chalid kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2016) menyebutkan, mereka berharap proses hukum terus dilanjutkan.
“Siapapun yang melakukannya harap ditangkap dan dihukum seberat-beratnya,” sebut Idham.
Semasa hidupnya, Edi dikenal pendiam. Pria yang berangkat ke Malaysia sepuluh tahun lalu itu dikenal sebagai sosok yang jujur.
Akibat kejujurannya, pimpinan perusahaan tempat dia bekerja sangat mempecayai Edi. Hal inilah yang diduga memicu kecemburuan yang berujung pada pembunuhan.
“Sampai sekarang kami belum tahu bagaimana proses hukumnya. Kami harap, pemerintah bisa memberitahu kami,” kata Idham.
Semasa hidup, sambung Idham, Edi hanya berkomunikasi keluarga atau orang sekampungnya lewat telepon.
“Dia tak pernah mau bertemu dengan saudara lainnya di Malaysia. Mungkin dia malu karena belum sukses meski sudah merantau sepuluh tahun,” ujarnya.
Terakhir kali komunikasi Edi dengan keluarganya adalah sepekan sebelum dia tewas dibunuh.
Abdul Rafar, kerabat lain almarhum mengatakan, Edi meningalkan seorang istri dan dua orang anak.
“Dia menikah dengan gadis asal Madura. Istri dan anaknya juga tinggal di sana (Madura),” sebut Abdul Rafar.