Atribut sarung dan kopiah tetap dikenakan dalam apel tersebut.
Selain dari Surabaya, peserta apel juga berasal dari sejumlah pesantren di sekitar Surabaya seperti Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto.
Apel dipimpin oleh Chusainudin. Inspektur upacara, Ketua DPW PKB Jatim, Abdul Halim Iskandar.
Sama dengan peserta apel, inspektur upacara yang juga Ketua DPRD Jatim itu juga mengenakan sarung, baju koko dan kopiah. Bahkan dia mengenakan alas kaki bakiak.
"Kita harus tetap menjunjung nilai-nilai kesederhanaan dalam semua lini kehidupan," kata Halim.
Dalam sambutannya, Halim meminta santri untuk tidak terprovokasi suara-suara yang menolak dan tidak setuju ditetapkannya Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober.
"Santri terbukti memiliki peran dalam perang kemerdekaan, karena itu sudah sangat benar jika Negara mengapresiasi dengan menetapkan setiap 22 Oktober sebagai Hari Santri," kata dia.
Dalam apel tersebut, peserta menggunakan masker sebagai simbol keprihatinan atas bencana asap di Nusantara.
Usai apel, para santri melakukan unjuk kebolehan seperti drama kolosal, drum band, dan pembacaan shalawat nabi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.