Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Minta Menteri Pendidikan Ikut Selesaikan Pencemaran Debu Batu Bara"

Kompas.com - 09/10/2015, 10:27 WIB
Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – “Kami meminta Menteri Pendidikan, Anies Baswedan, bersama-sama membantu menyelesaikan pencemaran debu batu bara yang menyerang ribuan pelajar di Kota Cirebon bertahun-tahun,” kata anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Jafarudin, Kamis (8/10/2015).

Harapan itu diungkapkan disela aktivitas pembagian sebanyak 2.500 masker kepada pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA), di sekitar pesisir Pelabuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Jafar menyebutkan, pembagian masker merupakan bentuk penolakan terhadap pencemaran lingkungan debu batu bara. Bukan hanya itu, pemberian masker secara massal juga merupakan tindakan klimaks atas kekecewaan masyarakat, untuk bersama-sama menyelamatkan kesehatan generasi penerus bangsa.

“Saya juga sudah berkoordinasi dan meminta kepada seluruh guru, dan orang tua siswa untuk memakaikan masker pada pelajar setiap hari. Dunia pendidkan, sekolahan, dan pelajar-pelajar ini harus sehat,” tegas dia.

Jafar menyayangkan, PT Pelindo II terkesan acuh terkait masalah yang selama ini meresahkan dan mengancam kesehatan ribuan warga.

Apabila Pemerintah tidak juga bertindak, pihaknya akan membuat panitia khusus (pansus) untuk membahas pencemaran debu batu bara. “Kalau juga tidak ada perubahan, kita buat pansus untuk bahas pencemaran debu batu bara ini, agar cepet selesai!” kata dia dengan nada meninggi.

Pembagian masker yang dilakukan secara bersama-sama ini berlangsung sejak pagi hingga Kamis siang, dilakukan di sejumlah titik antara lain: SMK Santa Maria, SMK Muhamadiyah, SMP Muhamadiyah, SD Muhamadiyah, dan juga SD - TK Al-Irsyad, dan lainnya.

Salah satu praktisi kesehatan, Dokter Mulyani, menyebut, penyakit debu batu bara sebagai silent killer, alias pembunuh secara perlahan. Ia akan menyerang seluruh bagian paru-paru hingga tidak berfungsi.

“Jadi debu (batu bara) nya itu begitu halus, dua hingga tiga mikron. Makanya Bapak lihat di sini, terlihat sedikit bersih, tapi kalau disapu, jarak 3 meter, debu batu baranya bisa mencapai seperempat plastik. Dan bayangkan saja, selama 24 jam kita harus menghirup udara seperti ini,” kata Mulyani.

Sekilas, masyarakat tidak akan merasakan serangan debu batu bara dalam jangka dekat. Mereka hanya akan merasa sesak nafas, batuk dan juga pilek. Namun sesungguhnya, itu merupakan gejala yang akan dirasakan sekitar 10 hingga 15 tahun mendatang, dengan kondisi paru-paru yang mengeras dan mengkerut.

Ruli, salah satu pengajar TK Alirsyad, menyampaikan serangan debu batu bara sudah sangat parah dirasakan di lingkungan setempat. Sebagian siswa TK yang usianya masih sangat muda, beberapa kali merasakan sesak, dan batuk-batuk yang diduga akibat pencemaran debu batu bara.

“Sebetulnya sudah lama, tapi tahun ini, pencemaran sangat terasa. Debu tidak hanya di pelataran tapi masuk hingga kelas dan seluruh tempat aktifitas di lingkungan sekolah ini. Banyak siswa yang batuk dan sesak,” kata dia.

Ruli berharap Pemerintah Daerah hingga pusat, memberikan perhatian serius hingga debu dari aktivitas bongkar muat batu bara, tidak merugikan banyak pihak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com