Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Pedalaman di Aceh “Dilarang” Sakit...

Kompas.com - 28/09/2015, 05:20 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - “Jangan sampai sakit. Untuk sakit saja harus dijadwalkan, sesuai jadwal masuk dokter ke Puskesmas pedalaman ini”

Itulah ungkapan Adly Jaelany, warga Desa Dayah Seupeng, Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, Minggu (27/9/2015). Hal itu disampaikan Adly setelah puluhan warga menutup Puskesmas setempat. Warga kesal tidak ada layanan kesehatan selama 24 jam di Puskesmas itu.

Warga lainnya, Usman, menyebutkan hal yang sama. Biasanya pegawai Puskesmas datang pukul 10.00 WIB dan pulang pukul 14.00 WIB. Sedangkan layanan Unit Gawat Darurat (UGD) praktis ditutup. Padahal, Puskesmas itu memiliki dokter dengan status pegawai tidak tetap (PTT).

Idealnya, dokter PTT wajib berdomisili di Puskesmas tempat dia bertugas. Namun, sampai hari ini, dokter itu tidak pernah menetap. Rumah dinas dokter pun dibiarkan kosong.

“Hanya seorang pegawai yang rutin di Puskesmas, yaitu petugas ambulans. Itu pun karena dia warga di desa ini,” tutur Adly.

Ketika ada masyarakat yang sakit malam hari, mereka harus dilarikan ke Rumah Sakit Cut Meutia, Aceh Utara. Jaraknya sekitar 23 kilometer dari desa itu. Bahkan, kerap kali rumah sakit menolak merawat pasien pedalaman itu. Sebab, dalam sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, disebutkan pelayanan kesehatan untuk warga harus berjenjang, dimulai dari Puskesmas hingga rumah sakit provinsi.

“Kadang menurut dokter di rumah sakit, penyakit pasien bisa ditangani di Puskesmas. Mereka kadang menolak karena merujuk ke sistem BPJS Kesehatan. Namun, bagaimana nasib warga yang sakit, di sisi lain Puskesmas tidak buka,” ucap Adly.

Karena kejadian itu telah berulang, sambung Adly makanya warga menutup Puskesmas tersebut hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Warga berjanji jika tidak ada peningkatan pelayanan, Puskesmas itu akan ditutup selamanya.

Menanggapi keluhan warga itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Machrozal menyebutkan dirinya baru mengetahui kejadian itu.

“Dalam rapat dengan seluruh kepala Puskesmas saya tegaskan bahwa layanan kesehatan minimal UGD harus buka 24 jam. Saya akan pelajari kasus ini dulu,” ujar Machrozal.

Dia berjanji akan mendatangi Puskesmas tersebut dan menggali informasi dari pegawai Puskesmas dan masyarakat di pedalaman itu. Sehingga, ke depan, layanan Puskesmas untuk rakyat bisa ditingkatkan dan menjadi perioritas utama pihaknya.

“Saya berkomitmen meningkatkan layanan kesehatan. Besok saya akan datangi Puskesmas itu,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan warga Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, Minggu (27/9/2015) menutup Puskemas kecamatan itu di Desa Dayah Seupeung, kecamatan setempat. Mereka kesal tidak ada dokter dan Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas itu kerap tutup. Bahkan, tidak ada dokter yang selalu berada di Puskesmas itu secara 24 jam. Padahal, Puskesmas itu terletak di pedalaman Aceh Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com