Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusuh Saat Demo, Dua Warga Ditangkap, Satu Ditembak Polisi

Kompas.com - 25/08/2015, 15:58 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Ratusan warga di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menggelar demo menolak hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlangsung di Kabupaten Malang.

Aksi pendukung salah satu pasang calon bupati dan wakil bupati Malang itu berlangsung rusuh. Dua orang ditangkap polisi, dan satu orang ditembak karena melakukan penjarahan di sebuah toko dekat lokasi aksi.

Ratusan warga itu menggelar aksi pada Selasa (25/8/2015) di depan Gedung DPRD Kabupaten Malang. Sementara itu, di gedung rakyat tersebut sedang berlangsung rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilkada Kabupaten Malang, yang diikuti oleh tiga pasang calon.

Tiga pasang calon yang ikut dalam Pilkada Kabupaten Malang adalah Rendra Kresna-HM Sanusi, Dewanti Rumpoko-Masrifah Hadi, dan sepasang calon independen, Norcholis-Muhammad Mufid.

Saat rekapitulasi berlangsung, tiba-tiba ada ratusan warga yang mengepung depan Gedung DPRD Kabupaten Malang. Mereka menuntut pilkada ulang. Alasannya, banyak temuan penyimpangan, seperti kecurangan dan praktik politik uang atau money politics.

Massa itu memaksa masuk ke Gedung DPRD. Namun, mereka dihadang oleh ratusan personel kepolisian dan anggota Brimob dengan persenjataan lengkap. Bahkan, satu mobil water cannon disiagakan. Saling dorong pun terjadi antara warga dan polisi.

Setelah lama bentrok, suasana semakin ricuh. Warga melakukan perlawanan kepada polisi. Melihat warga semakin rusuh, pasukan Brimob mulai bergerak mendekati massa. Perlawanan dilakukan untuk membubarkan warga. Bahkan, tembakan juga dilancarkan.

Ada dua warga yang diamankan karena diduga sebagai provokator, sementara satu warga lagi tertembak karena melakukan penjarahan di sebuah toko dekat lokasi aksi. Ilustrasi tersebut yang terjadi saat simulasi pengamanan Pilkada Kabupaten Malang oleh Polres Malang, di depan Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Selasa (25/8/2015).

"Dalam simulasi ini, semua unsur kami libatkan, termasuk KPU dan Panwaslu Kabupaten Malang. Ada 500 personel polisi yang ikut dalam simulasi ini," ujar Kapolres Malang AKBP Aris Haryanto yang ditemui seusai simulasi.

Menurut dia, simulasi digelar sebagai bentuk antisipasi kemungkinan terjadinya kericuhan dalam pelaksanaan pilkada pada 9 Desember mendatang.

"Kami simulasikan mulai dari pengiriman kotak suara, pemungutan suara, hingga penghitungan dan pengamanan rekapitulasi. Jika ada pendukung yang berbuat rusuh, dan harus seperti apa sikap polisi," katanya.

Sementara itu, mengenai kemungkinan adanya wilayah rawan kerusuhan di 33 kecamatan di Kabupaten Malang saat pilkada, Aris mengatakan, semua wilayah dinilai rawan dan mereka siap untuk mengantisipasinya.

"Semua daerah kami nilai rawan. Makanya, kami sama ratakan model pengamanannya. Tidak ada daerah yang jadi prioritas. Semuanya kami jaga ketat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com