Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap Tahun, 100.000 Orang Petani di Jabar "Punah"

Kompas.com - 05/08/2015, 19:00 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Minat warga Jawa Barat untuk bertani terus berkurang. Bahkan, dalam setahun, sekitar 100.000 petani di Jabar menghilang.

“Tahun 2003 lalu, jumlah petani di Jabar mencapai 4 juta lebih. Tapi di tahun 2013, jumlah petani di Jabar hanya 3 juta,” ujar anggota Komisi II DPRD Jabar Yunandar Eka Perwira kepada wartawan di Bandung, Rabu (5/8/2015).

Itu berarti, sambung Yunandar, dalam sepuluh tahun, petani di Jabar berkurang 1 juta orang. Jika dirata-ratakan, dalam satu tahun, Jabar kehilangan 100.000 petani.

Kondisi serupa terjadi di Indonesia. Dalam sepuluh tahun, jumlah petani di Indonesia berkurang sebanyak 5 juta. Angka ini sangat memprihatinkan. Karena, sektor pertanian sangat penting seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat.

"Orang tidak tertarik lagi menjadi petani, walau diberikan insentif seperti dapat traktor, benih, dan alat menanam. Mereka enggan menjadi petani," imbuhnya.

Salah satu alasannya, karena harga jual produk pertanian lokal murah. Hal itu tidak sebanding dengan kerja keras maupun biaya produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh petani sangat minim.

"Mereka banting tulang bertani, tapi harganya murah. Seperti beras, dihargai 7 ribu (rupiah) saja. Itu tidak menyejahterakan petani," imbuhnya.

Jiwa entrepreuner

Karena itu, pemerintah harus menyiapkan sejumlah langkah agar minat masyarakat meningkat. Caranya, dengan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Petani harus bisa menjual sesuatu yang nilainya lebih tinggi. Salah satunya dengan memaksimalkan penggunaan teknologi dalam bertani, seperti Thailand dan Vietnam,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Dekopinwil Jabar Mustopa Jamaluddin mengatakan, selama ini sektor pertanian sulit regenerasi karena generasi muda mengganggap sektor ini tidak bisa mendorong kesejahteraan. Untuk itu, pihaknya mencoba mengoptimalkan koperasi simpan pinjam dan koperasi produksi.

“Harus dibangun entrepreneur di pedesaan. Karena selama ini mayoritas masyarakat desa menjadi buruh tani dan tukang ojek," tuturnya.

Untuk memaksimalkan program tersebut, pihaknya akan menggandeng industri besar. Hal ini dilakukan agar produk olahan dari masyarakat pedesaan bisa disinergikan dengan pemasaran industri besar.

"Kita akan kerja sama dengan beberapa perusahaan seperti Indofood, Garuda Food dan lainnya. Sehingga ekonomi masyaraat pedesaan pun bisa terangkat," katanya.

Saat ini, lanjutnya, Dekopinwil Jabar telah menentukan 8 titik daerah yang akan menjadi percontohan, meski hal ini masih dalam tahap pembahasan.

"Konsep ini telah dilakukan di luar negeri seperti Korea dan Jepang. Rencananya, Januari 2016 akan kita mulai gerakan ini," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com