"Memang selama ini ada beberapa calon yang maju dalam pilkada datang ke ulama dan kiai untuk minta restu. Mereka juga lantas memberikan hadiah untuk pesantren," kata Rais Syuriah PBNU, KH Ahmad Ishomuddin, dalam jumpa pers Halaqah Alim Ulama Nusantara di Hotel Santika, Rabu (29/7/2015).
Ahmad Ishomuddin menuturkan, selama ini, masih ada ulama yang tak menyadari hadiah yang diberikan bisa jadi merupakan modus praktik pencucian uang sehingga beberapa pondok pesantren sampai ada yang terseret kasus pencucian uang.
"Kita prihatin. Kejadian itu bisa menjadi contoh bagi kiai-kiai lain," ucapnya.
Pemberian hadiah itu, lanjut dia, sempat menjadi perdebatan di antara para alim ulama dan kiai, apakah kiai dan ulama perlu bertanya dari mana asal uang yang diberikan kepadanya atau tidak.
Menurut Ahmad, kiai dan ulama harus berani tegas menolak pemberian dari seseorang jika terindikasi pencucian uang atau sifatnya penyuapan. Terlebih lagi, saat menjelang pilkada serentak ini, kiai dan pondok pesantren harus lebih berhati-hati.
"Jelang pilkada ini, kiai perlu berhati-hati ketika menerima pemberian. Bentuk money laundering salah satu caranya menyumbang pesantren," ujarnya.
Ia menuturkan, semua pihak harus saling mengingatkan perihal pemberian dari pihak luar dan juga terus mengingatkan hal itu serta menyuarakan antikorupsi lewat pesantren.
"Semua harus saling mengingatkan. Harus berani bilang tidak. Jangan bilang iya ketika hati bilang tidak," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.