Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahmad Tohari: NU Tak Maju karena Andalkan Proposal

Kompas.com - 27/07/2015, 08:55 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Budayawan asal Banyumas, Ahmad Tohari menyindir perilaku sebagian warga Nahdlatul Ulama di berbagai wilayah di Indonesia yang terus berkutat dengan proposal. Akibatnya, mereka terus terbelit masalah-masalah kemiskinan, karena terus menunggu belas kasihan Pemerintah.

“Warga Nahdliyin itu kenapa tidak bisa bangkit, karena terlalu banyak mengandalkan proposal. Minta ke Pemerintah, mengajukan proposal ke swasta. Kalau kebangkitan perdagangan dicapai, proposal-proposal itu tidak perlu,” kata Tohari, ketka memberikan wejangan kepada para tokoh agama dan kiai pondok pesantren di Semarang, Minggu (26/7/2015).

Penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk ini berujar, kesalahan mendasar dari warga Nahdliyin itu tak lain adalah tidak mengamalkan prinsip yang diajarkan dalam konsep kebangkitan perdagangan atau Nahdtalut Tujjar. Banyak warga dan pengurus lebih memilih jalan instan dengan mengajukan proposal.

Mereka enggan mengembangkan prinsip yang ada dalam konsep kebangkitan ekonomi. “Kalau semua warga Nahdliyin jadi pengusaha, proposal tentu tidak perlu. Warga sudah tidak akan memikirkan hal-hal itu,” kata dia.

Selain kebangkitan dalam hal ekonomi, lanjut Tohari, hal yang perlu diingatkan adalah soal pengembangan pemikiran, serta upaya meneropong masa depan dengan memperhatikan kearifan masa lalu. Semua kebaikan di masa kini bisa diambil dan digunakan untuk kemaslahatan bersama.

Hal terakhir yang diingatkan yakni soal kebangkitan kebangsaan. Tohari menyebut saat ini ormas maupun kelompok masyarakat lebih menonjolkan kesukuan, ketimbang nasionalisme Indonesia atau Nahdlatul Watan.

"Sektarianisme ini harus ditinggalkan. Saya pernah ingat pesan Gus Dur ketika PKB dibuka selebar-lebarnya untuk warga. Warga NU protes karena banyak orang non-Muslim masuk, kemudian warga Tionghoa masuk. Gus Dur mengajarkan pengembangan Nahdlatul Watan yang bukan sekatarianisme, serta untuk dimensi keumatan,” ucap dia lagi.

Ahmad Tohari memberikan wejangan di Semarang karena diundang oleh kalangan kiai Jateng. Saat mengkritik kaum Nahdliyin itu, dia mengaku sebagai warga NU. Hanya saja, dia warga Nadhliyin yang abangan. “Saya NU yang abangan,” ujar dia sambil tertawa. (Baca: Ratusan Kiai Samakan Persepsi di Semarang Jelang Muktamar NU)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com