Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sindoro Ditutup

Kompas.com - 08/07/2015, 15:43 WIB

TEMANGGUNG, KOMPAS — Jalur pendakian ke Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi bahaya kebakaran yang rawan terjadi di kawasan puncak gunung.

Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanggung, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara, Cahyono, di Temanggung, Selasa (7/7), menyebutkan, penutupan jalur pendakian dilakukan karena pada musim kemarau ini, kawasan puncak Gunung Sindoro sangat rawan terbakar.

"Saat ini, 50 persen vegetasi di kawasan puncak Gunung Sindoro mengering sehingga mudah tersulut api. Di lahan yang kering, api pun menyebar dan menjalar lebih cepat," ujarnya. Vegetasi yang tumbuh di kawasan puncak adalah rumput ilalang dan semak belukar.

Jalur pendakian yang ditutup adalah jalur melalui Resor Pemangku Hutan (RPH) Kemloko, tepatnya melalui Desa Banaran, Kecamatan Tembarak, dan Desa Selopampang, Kecamatan Selopampang. Terkait upaya penutupan ini, BKPH Temanggung juga meminta perangkat desa untuk ikut terlibat, mengawasi dan melarang siapa pun naik ke puncak Gunung Sindoro.

Total luas lahan kawasan puncak di Gunung Sindoro di Temanggung mencapai 118 hektar.

Ulah manusia

Penutupan jalur pendakian dilakukan karena kebakaran yang terjadi di kawasan puncak Gunung Sindoro biasanya dipicu ulah manusia yang lalu lalang di sekitar gunung, termasuk kelompok pendaki dan pencinta alam. Jumlah pendaki di Gunung Sindoro mencapai 1.000 orang per bulan.

Namun, pendakian di gunung tetangga Sindoro, yakni Gunung Sumbing, tidak ditutup. Kendatipun demikian, Cahyono mengatakan, pihaknya akan tetap mengawasi aktivitas warga yang biasanya berlalu lalang di gunung, termasuk saat akan melakukan ritual hari ke-21 bulan Ramadhan.

Seperti sempat diberitakan sebelumnya, selama Mei-Juni, telah terjadi tiga kali kebakaran di kawasan puncak gunung di wilayah Perum Perhutani KPH Kedu Utara. Pada Mei lalu, kebakaran pertama di kawasan hutan menghanguskan areal seluas satu hektar di petak 26g RPH Pagergunung di Gunung Andong, Kabupaten Magelang. Pada Selasa (16/6), api juga membakar kawasan hutan seluas 5 hektar di petak 2a RPH Mangli di Gunung Sumbing, Magelang.

Herman Sutrisno dari Humas Perum Perhutani KPH Kedu Utara mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan surat edaran kepada pemerintah daerah dan kelompok pencinta alam, mengingatkan tentang bahaya kebakaran hutan pada musim kemarau ini.

"Kami minta agar para pendaki dan warga yang berlalu lalang di kawasan gunung setidaknya berhati-hati dan memadamkan api dengan sempurna saat berada di puncak gunung," ujarnya.

Terkait dengan aktivitas Gunung Raung di Jawa Timur, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) Syamsul Ma'arif mengatakan, kawasan rawan bencana akibat letusan Gunung Raung bukan pada tingkat desa, melainkan masih pada satuan keluarga. Menurut Syamsul di Bondowoso, Selasa, ada satu desa berada di kawasan yang terpapar dan hanya dihuni beberapa keluarga.

Wilayah yang termasuk dalam kawasan rawan bencana (KRB), antara lain KRB I, KRB II, dan KRB III, telah dilakukan persiapan yang memadai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso, Pemkab Banyuwangi, dan Pemkab Jember.

Syamsul mengatakan itu seusai rapat dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, BPBD Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi.

Syamsul Ma'arif menambahkan, sampai saat ini Gunung Raung belum berperilaku aneh-aneh. "Belum ada anomali dan masih dalam kondisi stabil, aman, sehingga diharapkan masyarakat tetap tenang," katanya. (egi/sir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com