Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kirab Ogoh-ogoh Ramaikan Gelar Budaya Wanurejo Borobudur

Kompas.com - 17/05/2015, 18:44 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Segenap warga Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menggelar Gelar Budaya Wanurejo 2015. Kegiatan ini merupakan event tahunan untuk mengangkat potensi seni dan budaya desa yang terletak kira-kira satu kilometer dari Candi Borobudur itu.

Sejumlah kelompok seni dari sembilan dusun di desa Wanurejo unjuk kebolehan di hadapan ribuan warga Borobudur dan sekitarnya. Mereka melakukan kirab mengelilingi desa Wanurejo sejauh lebih dari satu kilometer. Ada kelompok seni tradisional topeng ireng, dayakan, marching band, hingga kirab ogoh-ogok raksasa.

Bendrat, Ketua Panitia Gelar Budaya Wanurejo 2015, menjelaskan, kirab seni budaya merupakan kegiatan untuk menunjukkan kepada masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Candi Borobudur, bahwa Desa Wanurejo memiliki banyak potensi seni dan budaya yang patut dibanggakan.

Kegiatan ini, lanjut Bendrat, juga memiliki pesan moral yang simbolkan oleh dua ogoh-ogoh raksasa berupa Janoko dan Buto. Janoko merupakan salah satu tokoh pewayangan simbol kebaikan dan Buto merupakan simbol keburukan atau keserakahan.

"Dua sifat itu menyimbolkan keseimbangan kehidupan. Harapan kami masyarakat Wanurejo dijauhi dari segala keburukan dan senantiasa mendapat kebaikan," ujar Bendrat di sela-sela kegiatan, Minggu (17/5/2015) sore.

Bendrat juga mengungkapkan, tahun ini, Gelar Budaya Wanurejo 2015 mengangkat tema 'Manunggaling Tirta Katon Teja' yang bermakna menyatukan mata air yang ada di desa setempat, sehingga memberi dampak kemakmuran bagi warga.

"Air dalam hal ini bukan hanya wujud air akan tetapi juga bermakna manusia, alam dan segala pendukungnya. Artinya, jika seluruh isi bumi ini bersatu maka akan membawa kedamaian dan kemakmuran," papar Bendrat.

Selain kirab budaya, Gelar Budaya Wanurejo 2015, juga diisi dengan beberapa kegiatan. Antara lain, kirab ritual air di Umbul Tirta, Dusun Tingal Kulon, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur yang digelar Sabtu (16/5/2015) malam.

Kirab ini, kata Bendrat, memiliki pesan kepada masyarakat setempat untuk mencintai lingkungan sehingga mata air di Umbul Tirta benar-benar memberi manfaat bagi kehidupan sekitar.

Disebutkan, dahulu umat Buddha mengambil air suci Waisak di mata air tersebut sebelum kemudian beralih ke mata air Umbul Jumprit, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, akibat pencemaran lingkungan yang terjadi di Umbul Tirta.

"Misi kami agar masyarakat lebih mencintai lingkungan, tidak membuang sampang sembarangan di sumber mata air Umbul Tirta," ujar Bendrat.

Kegiatan kirab ritual air Umbul Tirta tersebut dilakukan sebelum upacara penyerahan serat kekancingan (keputusan) Keraton Yogyakarta kepada Desa Wanurejo terkait pengakuan Keraton Yogyakarta terhadap makam Gusti Bedoro Hayo Tedjakusumo di desa setempat.

"Setelah ada pengakuan dari Keraton Yogyakarta ini harapan kami semoga potensi wisata ziarah di Desa kami, khususnya di makam Gusti Bedoro Hayo Tedjokusumo, bisa lebih berkembang," ujar Bendrat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com