Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larasati, Gadis Belia yang Terpaksa Hidup di Kurungan

Kompas.com - 07/05/2015, 13:30 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Larasati Sapitri. Itulah nama gadis belia berusia 13 tahun yang selama ini terpaksa hidup di dalam sebuah kurungan yang dibuat Lia (47), ibunya, di dalam rumah. Kurungan itu dibuat dengan alasan demi menjaga keselamatan sang anak.

Rumah Laras berada di area Perumahan Tamansari Indah, Kota Tasikmalaya. Rumah yang jauh dari kesan mewah itu menjadi saksi awal kehidupan yang dialami Laras selama ini.

Dalam percakapan dengan sejumlah wartawan, Kamis (7/5/2015), Lia menuturkan awal penyakit yang selama ini diderita bungsu dari tiga anaknya itu. Saat masih bayi, Laras divonis mengalami hidrosefalus atau cairan di kepala. Namun saat pengobatan, ada penyakit lain yang ditemukan di kepala anak itu.

Laras didiagnosis mengidap tumor di kepala. "Suami saya, sebelum meninggal, bersama saya terus berupaya untuk mengobati Larasati. Anak bungsu saya mulai ada penyakit sejak umur 11 bulan sampai sekarang," kata Lia.

Operasi pernah dilakukan dengan uang seadanya, hasil dari meminjam. Namun, Larasati tak juga sembuh. Bahkan, temuan terakhir menunjukkan kondisi bahwa bagian di sekitar tulang hidung Laras patah, dan harus dioperasi untuk penyambungan.

Setelah suami Lia, Asep Suparman, meninggal pada tahun 2011 lalu, Lia terus berupaya mengobati anaknya itu dengan pendapatan dari hasil berjualan donat.

Saat berumur 13 tahun, kata Lia, anak bungsunya menunjukkan perilaku kelainan mental. Meski demikian, Laras tergolong pintar karena mampu mengerti semua pelajaran yang diberikan oleh ibunya.

Ketika didekati para wartawan, Laras sempat menunjukkan kefasihannya mengutarakan beberapa kata dalam bahasa Inggris. "Anak saya kalau diajak ngobrol mengerti, dan fasih bisa mengungkapkan bahasa Inggris. Namun jika kepalanya terasa nyeri, ia suka berperilaku seperti orang manja dan seperti mengamuk," ungkap Lia.

Tak dikurung, tetapi dilindungi
Laras kini hidup di dalam sebuah ruangan tertutup, dan hanya diberi ventilasi memakai jeruji besi. Lia mengaku, langkah itu dilakukan demi melindungi sang anak. Sebab, Laras kerap ditinggal jika Lia harus berjualan donat di sekitar Masjid Agung Kota Tasikmalaya. Lokasi tempat Lia berjualan dengan rumahnya berjarak enam kilometer.

"Saya selama ini tinggal di rumah yang dulunya pernah dicicil oleh saya dan almarhum suami. Kalau sekarang, rumah ini milik orang lain, tetapi saya masih diizinkan tinggal di sini karena kasihan ke saya dan anak," kata dia.

Lia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Ia pun mengaku, berdasarkan KTP-nya, ia berdomisili di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, tetapi tinggal di Kota Tasikmalaya. "Kalau dari donatur-donatur, suka ada yang kasihan ke saya dan ngasih untuk biaya pengobatan anak saya. Kalau di pemerintah, belum ada perhatian," kata dia.

Saat ini, Lia hanya pasrah dan berharap akan kesembuhan anaknya. "Ya, saya sekarang hanya bisa berharap dapat perhatian dari pemerintah daerah dan yang peduli kepada saya. Soalnya sudah 13 tahun saya mengurus anak saya ini dengan biaya seadanya dan dari orang-orang yang sudi membantu saya. Terima kasih kepada orang-orang baik yang telah membantu kesembuhan anak saya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com