Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Akik Motif Gambar Ramai Diburu Warga Semarang

Kompas.com - 26/02/2015, 00:45 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com – Euforia batu akik juga melanda warga Kota Semarang, Jawa Tengah. Batu akik bermotif gambar alam menjadi incaran utama warga Kota Lumpia ini.

Warga Semarang pun memburu batu akik itu di Festival Batu Akik yang digelar di Pusat Perbelanjaan hingga 1 Maret 2015.

Sekretaris Panitia Komunitas Semarang Gems Lover yang juga panitia festival, Markaban (61), batu akik yang bergambar alam diburu pembeli Semarang. Mereka membeli itu karena motifnya yang baik serta harga yang relatif terjangkau.

“Yang laris di Kota Semarang itu ada batu gambar, kecubung, pirus. Ada juga batu akik dari Garut dan Batu Klawing dari Purbalingga itu juga laris,” kata pria yang kerap dipanggil pak Kaban itu, Rabu (25/2/2015).

Kecenderungan memilih batu akik itu lantaran batu akik bergambar mempunyai keunikan tersendiri. Batu akik bergambar umumnya berupa gambar alam, pemandangan, sosok orang hingga berbentuk angka.

Di beberapa stand penjualan batu mulai di festival itu, batu ukuran kecil dipatok dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu. Jenis batu, beda warna dan ukuran besar-kecil juga membuat harga bisa berubah. Batu-batu mulia bergambar itupun yang akhirnya dipilih untuk lomba batu akik.

Warga umum di Kota Semarang dipersilahkan untuk mengikutsertakan batu akik bergambar yang dipunyainya untuk dilombakan dalam festival ini. Hadiah untuk batu akik ini, yakni piala dari wali Kota Semarang serta piagam penghargaan.

“Yang dilombakan itu hanya batu gambar atau batu yang ada gambarnya. Bisa huruf, pemandangan, orang, atau yang lainnya. Nanti sebelum lomba, batu harus lewat laboratorium dulu, apakah batunya asli atau tidak,” seru dia.

Sementara, batu akik jenis bacan yang relatif dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta tidak ikut dilombakan. Hal tersebut mengingat batu itu tidak dianggap sebagai tren atau buruan utama warga Kota Semarang dalam festival ini.

“Batu bacan itu tidak dilombakan. Diasumsikan, karena batu itu tidak banyak penggemarnya di Semarang,” cetusnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com