Padahal, sungai itu memiliki arus yang deras, apalagi saat atau setelah hujan turun. Menurut Kamituwo Dusun Cipluk Timur, Jumarno, warganya sangat membutuhkan jembatan penghubung yang telah lama putus tersebut.
“Kalau ada jembatan, anak-anak yang mau sekolah dan warga yang mau periksa kesehatan bisa mudah melakukan perjalanan. Tidak perlu menyeberang sungai (secara langsung). Ini sangat membahayakan,” kata Jumarno, Selasa (24/2/2015).
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulngan Bencana Daerah (BPBD) Kendal, Slamet, mengatakan jembatan yang menghubungkan kedua dusun tersebut putus sejak akhir tahun 2013.
Untuk membangun secara permanen jembatan tersebut, mereka membutuhkan dana lebih dari Rp 500 juta. Hingga kini, lanjutnya, belum ada anggaran untuk membangun jembatan tersebut.
“Kami sudah membuatkan jembatan darurat dari bambu sebanyak 4 kali. Namun jembatan darurat itu juga hilang terbawa arus sungai,” kata Slamet.
Dia menambahkan, pihaknya sudah mengajukan anggaran ke Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) Provinsi Jateng maupin Bina Marga Kendal. Namun, kedua institusi tersebut tidak bisa menganggarkan karena tidak memiliki kewenangan.
"Pihak PSDA hanya berwenang perbaikan sungai, sedangkan Bina Marga Kendal hanya berwenang perbaikan jembatan kabupaten," ungkapnya.
Tidak adanya jembatan penghubung Dusun Cipluk Timur dan Cipluk Barat membuat ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Kabupaten Kendal, Kartiko Nursapto, prihatin. Menurut dia, akibat tidak adanya jembatan penghubung dua dusun tersebut, banyak warga dusun Cipluk Timur yang kesulitan bepergian. Mereka seperti terisolasi karena warga harus memutar dengan jarak puluhan kilometer untuk menuju ke Dusun Cipluk Barat.
“Kami bersama pengurus Kagama propinsi Jawa Tengah, sudah mendatangi dusun itu. Kami merasa prihatin, karena mereka harus berjuang melawan arus sungai ketika mau ke sekolah atau periksa kesehatan,” kata Kartiko.
Kartiko menjelaskan, Dusun Cipluk Timur yang dihuni sekitar 1.000 jiwa adalah dusun terpencil. Untuk bepergian, harus melewati sungai dan jalan bebatuan.
“Dusun itu, kami jadikan dusun binaan Kagama,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.