Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Syamsul Si Pemungut Besi Bekas di Dasar Laut

Kompas.com - 22/01/2015, 15:19 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com - Peluit sebuah kapal barang berukuran cukup besar mengejutkan Syamsul dan menyeret perahu kayu kecilnya ke posisi aman. Setelah dirasa tak akan tertabrak kapal dengan bobot ratusan ton, ia kembali menyelam cukup lama di dasar Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.

Lebih satu menit, dia muncul lagi di permukaan air laut sambil melemparkan beberapa besi karatan ke dalam biduk kecilnya, lalu ia menyelam lagi. Harus diakui Syamsul (32) memiliki ketahanan nafas yang luar biasa di kedalaman laut sekitar 2,5 meter.

Tampak tali panjang terikat di haluan perahu mungilnya dan terhubung dengan kaki kurusnya, itu dilakukan untuk menghindari agar perahunya tak hanyut saat ia menyelam mencari besi bekas di sekitar kawasan pelabuhan itu.

"Sudah dua tahun saya lakukan kegiatan ini, mencari besi bekas di dasar laut, dulunya saya penyelam teripang di kawasan pelabuhan ini," ujar Syamsul bercerita, Kamis (22/1/2015).

Selain dibekali perahu dan tali dalam bekerja Syamsul dilengkapi sarung tangan tipis berwarna putih, itu dikenakannya sekedar untuk menghindari agar tangannya saat meraba dasar laut tidak terluka oleh karang atau benda tajam lainnya.

Dalam aktivitasnya sehari-hari mencari besi bekas, Syamsul dapat mengumpulkan uang Rp 60.000 dari beberapa kilo besi bekas yang telah berkarat itu. Uang itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Syamsul bercerita, pada tahun 2010, sebelum alur pelabuhan tersebut diperdalam, kawasan tersebut dipenuhi dengan teripang yang ia ambil guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

"Saya memiliki empat orang anak, dulunya saya pencari teripang dan di pelabuhan ini cukup banyak, satu teripang super dihargai Rp 1,5 juta tapi saat ini teripang itu menghilang," lanjutnya.

Dia lalu bercerita bahwa dirinya kerap menyelam mencari teripang hingga ke tengah laut, namun sejak kakinya mengalami sakit keram tak berkesudahan, dia tak mampu menyelam ke dalam laut hingga puluhan meter.

"Karena kaki sakit akhirnya saya hanya mengandalkan hidup dengan mencari besi bekas di dasar laut kawasan pelabuhan yang dalamnya hanya berkisar dua meter saja," ungkapnya santai.

Hari semakin siang, terik matahari semakin terasa membakar kulit, dan angin laut terasa kering, bunyi peluit kapal yang begitu keras mengejutkan Syamsul. Baginya, isyarat kapal yang akan masuk ke pelabuhan itu mengingatkannya agar sampan kayu miliknya segera bergeser jika tak ingin ditabrak.

Syamsul kembali menarik perahunya mencari tempat baru untuk menyelam lagi dan berharap ada tumpukan besi yang dapat ia ambil dengan mengandalkan nafasnya yang panjang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com