"Masalah kekerasan fisik itu tidak ada, tetapi perkataan pemilik yayasan kasar. Katanya menjijikkan, menyesal membawa kami dari kampung," kata Ni Luh Wanasari (16) yang saat ini duduk di bangku kelas II SMU, Denpasar, Bali, Senin (19/1/2015).
Wanasari menyampaikan, pemilik panti bernama Putu Ertiartini, yang bersuamikan warga Amerika Serikat, Michael Pate, sehari-hari tidak tinggal bersama anak-anak tersebut.
"Saya sudah tidak kuat lagi tinggal di sini. Kata-katanya kasar, dibilang kami menjijikkan," kata Kadek Tami, penghuni lain di panti itu.
Sebelas anak dari berbagai jenjang, mulai SD hingga SMP, meminta ijazah mereka. Namun, mereka tetap merasa dipersulit dengan berbagai alasan. "Saya loh tidak pernah marahin keponakan saya. Dia kan sudah yatim piatu. Keluarga saya tidak pernah marah-marahi. Kalau salah diberi tahu baik-baik, jangan dibilang menjijikkan begitu," kata Nyoman Titiani, bibi dari Ni Luh Yulieta Tirta, penghuni panti.
Mereka datang ke panti asuhan diantar oleh keluarga dan wali masing-masing karena mereka sudah tidak tinggal di panti asuhan, dan menunggu kepastian apakah mereka bisa membawa ijazahnya atau tidak.
Hingga berita ini diturunkan, komentar dan tanggapan belum diperoleh dari pengelola panti asuhan terkait aksi yang dilakukan sejumlah anak penghuni panti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.