Pengembalian bantuan tersebut dilakukan setelah banyak protes bermunculan dari sejumlah wali murid. Agus, salah satu guru di SMP Ma'arif XI Panaan, mengatakan, BSM yang dipotong sudah dikembalikan kepada siswa bersangkutan. Bahkan pengembalian uang didampingi oleh walinya masing-masing.
"Kami sudah mengumpulkan wali murid agar diketahui pengembalian uangnya," ujarnya, Senin (19/1/2015).
Potongan sebesar Rp 550.000 itu dikembalikan lagi kepada setiap para siswa yang menerima. Dengan demikian, mereka utuh sesuai dengan haknya masing-masing yaitu Rp 750.000.
Namun, pengembalian uang ini membuat sekolah menjadi berutang. Sebab uang pemotongan BSM sebelumnya sudah sempat diberikan kepada siswa yang tidak kebagian BSM, yaitu masing-masing Rp 200.000. Menurut Agus, uang yang sudah terlanjur diberikan kepada siswa yang tidak kebagian BSM tidak mungkin ditarik lagi.
"Lembaga tidak mau nambah urusan dengan wali murid sehingga uang yang diberikan kepada siswa yang tidak dapat BSM sudah dianggap sedekah," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 26 siswa di SMP Ma'arif (bukan MTs) Desa Panaan, Kecamatan Palengaan mendapat BSM. Setelah BSM dicairkan oleh pihak bank, masing-masing siswa menerima Rp 750.000.
Namun, pihak sekolah kemudian memotong bantuan sebesar Rp 550.000 per siswa. Pemotongan itu diikuti dengan ancaman kepada siswa agar tidak memberitahukan kepada orangtuanya. Selain itu, jika pemotongan sampai diketahui orangtua dan masyarakat, maka siswa penerima BSM diancam akan dicoret pada tahun berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.