Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keraton Ngayogyakarta Arak Tujuh Gunungan

Kompas.com - 03/01/2015, 16:13 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrah mengelar Grebeg Maulud. Dalam acara tradisi tahunan ini, Keraton mengarak tujuh Gunungan yang akan dibawa ke tiga titik dan diperebutkan oleh masyarakat.

Gunungan yang diarak ketiga tempat yakni, tiga Gunungan Kakung, satu Gunungan Darat, satu Gunungan Putri, satu Gunungan Gepak dan satu Gunungan Pawuhan. "Tujuh Gunungan dari depan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat diarak menuju ke tiga tempat," kata Kabag Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Iswanto, Sabtu (03/01/2015).

Tiga tempat itu yakni Masjid Gede sebanyak lima Gunungan, Komplek Kepatihan satu gunungan dan satu gunungan ke Kadipaten Puro Pakualaman Yogyakarta.

Munurut dia, selain dalam rangka memperingati Maulid Nabi, Grebeg digelar sebagai sedekah Raja kepada rakyatnya dan ucapan syukur atas kesejahteraan yang diterima seluruh masyarakat Yogyakarta.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara gelaran Grebeg Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selalu dihadiri ribuan masyarakat. Tak hanya dari Yogyakarta, turut datang ke Alun-alun Utara warga masyarakat dari wilayah Jawa Tengah. Ribuan masyarakat, tak hanya memenuhi alun-alun Utara Yogyakarta, juga berdiri disepanjang jalan yang akan dilalui oleh tujuh Gunungan. Mereka sengaja datang selain untuk menyaksikan arak-arakan Gunungan yang dikawal oleh Prajurit Keraton dan Gajah, juga untuk "Ngalap Berkah".

Sejak turun-temurun dipercaya, ketika seseorang berhasil memperoleh hasil bumi yang ada di Gunungan, maka akan mendapatkan berkah. Pertanian jauh dari hama, tanah jadi subur, hasil panen melimpah.

Sumiatun (53), warga Muntilan, Jawa Tengah, mengaku segaja datang bersama dengan putranya dan suami untuk mengisi hari libur. Selain itu, juga untuk ikut memperebutkan Gunungan.

"Dulu waktu kecil sering diajak bapak ke sini kalau ada Grebeg. Bapak pasti ikut berebut, lalu sampai rumah di tanam disawah. Katanya agar tanah subur dan hama pergi," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com